Skip to main content

Manajemen Laba, Baik atau Buruk ? (3)

Motivasi-motivasi dalam Manajemen Laba
Dua kondisi yang dapat menjadi penyebab utama dilakukannya manajemen laba yang telah diuraikan di atas memberikan peluang bagi manajer untuk memanipulasi informasi keuangan, terutama apabila suatu saat ada kepentingan yang hendak dan perlu dilindungi, baik untuk kepentingan pribadi manajer ataupun untuk kepentingan keberlangsungan perusahaan.
Faktor-faktor yang mendorong terjadinya manajemen laba tersebut telah banyak diuraikan oleh para pakar dan telah banyak dilakukan penelitian empiris untuk mendukung adanya korelasi antara faktor-faktor pendorong tersebut terhadap praktek manajemen laba, baik di luar negeri maupun di Indonesia sendiri. Faktor-faktor pendorong tersebut penulis seleksi, ringkas, dan gabungkan antara lain sebagai berikut:
Bonus
Pemberian bonus seringkali dikaitkan dengan tingkat laba bersih yang dihasilkan pada tahun yang bersangkutan. Manajer akan berusaha mengatur laba bersih sedemikian rupa sehingga dapat memaksimalkan bonusnya. Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih  perusahaan yang sebenarnya akan bertindak oportunis untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini ataupun menyimpannya untuk tahun-tahun yang akan datang.
Dalam pemberian bonus berdasarkan atas laba ini, dikenal dua istilah, bogey (batas bawah) yang terkadang juga disebut floor dan cap (batas atas). Bogey adalah target laba minimum yang menjadi syarat agar manajer dapat memeroleh bonus atas kinerjanya. Besarnya bonus yang diperoleh tersebut akan meningkat secara proporsional seiring dengan meningkatnya laba tahun yang bersangkutan, selama laba tersebut berada dalam batasan atau di antara bogey dan cap. Sedangkan cap adalah target laba maksimum dimana jika laba tahun yang bersangkutan melebihi target laba ini, manajer tidak akan mendapat tambahan bonus secara proporsional atas selisih laba dengan target laba ini.
Teori dan hasil penelitian yang telah dilakukan menjelaskan bahwa para manajer akan cenderung memaksimalkan bonusnya dengan memanipulasi data keuangan dalam rangka meningkatkan laba, misalnya dengan memindahkan laba periode mendatang ke periode saat ini, selama laba tersebut dalam batasan bogey dan cap. Jika laba (sebelum direkayasa) berada di atas cap, maka manajer akan cenderung menurunkan laba agar dapat menyimpannya dan menggunakannya untuk memeroleh tambahan bonus pada tahun-tahun berikutnya. Jika laba (sebelum direkayasa) berada di bawah bogey, maka ada dua kemungkinan manipulasi yang dilakukan manajer. Pertama, saat laba (sebelum direkayasa) berada tidak terlalu jauh di bawah bogey, maka manajer mungkin akan meningkatkan laba untuk memeroleh bonus. Namun, jika laba (sebelum direkayasa) berada terlalu jauh di bawah bogey, maka manajer akan cenderung menurunkan laba agar dapat menyimpannya untuk memeroleh tambahan bonus pada tahun-tahun berikutnya, selama laba yang dilaporkan masih positif. Jika laba (sebelum direkayasa) berada di antara bogey dan cap, manajer akan cenderung meningkatkan laba untuk mengoptimalkan bonus yang mereka terima.
Perjanjian Utang
Janes (2003) dalam Herawati (2007) menjelaskan perjanjian utang dapat dikelompokkan ke dalam dua bentuk, sebagai perjanjian negatif dan perjanjian positif . Perjanjian negatif umumnya menunjukkan aktivitas tertentu yang mengakibatkan substitusi aset atau masalah pembayaran kembali. Contoh perjanjian utang negatif adalah larangan terhadap merger, batasan peminjaman tambahan, dan batasan pembayaran dividen. Perjanjian positif mensyaratkan peminjam melakukan tindakan tertentu, seperti menjaminkan aset atau memenuhi target rasio-rasio keuangan tertentu yang mengindikasikan kesehatan keuangan. Contoh umum perjanjian utang positif adalah tingkat rasio current, leverage, probabilitas dan net worth minimal atau maksimum. Perjanjian utang baik bentuk negatif maupun positif tersebut dapat digunakan sebagai upaya untuk membatasi konflik kepentingan yang potensial terjadi antara kreditor dengan para pemegang saham maupun manajemen perusahaan.
Pelanggaran atas perjanjian utang secara potensial menghadapi berbagai pinalti keuangan, seperti kemungkinan percepatan jatuh tempo utang, peningkatan dalam tingkat bunga, penyerahan jaminan, ataupun negosiasi ulang masa utang. Dalam rangka menghindari risiko berbagai pinalti tersebut, manajer akan cenderung menaikkan laba bersih untuk mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran atas perjanjian utang. Semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran hutang, manajemen akan cenderung memilih prosedur akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan, yang bertujuan untuk mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran atas perjanjian utang.
Biaya Politis
Pemerintah menetapkan besarnya pajak berdasarkan laba perusahaan secara progresif. Hal ini menyebabkan pajak sebagai salah satu alasan perusahaan melakukan manajemen laba, yaitu dengan menurunkan laba bersih yang dilaporkan untuk meminimalkan pajak yang harus dibayarkan perusahaan kepada pemerintah.
Selain motivasi pajak, motivasi politis lain mungkin menjadi sebab perusahaan melakukan manajemen laba dengan menurunkan laba bersih yang dilaporkan. Hal ini dilakukan sebagai upaya agar perusahaan tidak terlihat mencolok bagi masyarakat ataupun pemerintah sebagai regulator sehingga mendorong munculnya peraturan yang lebih ketat. Motivasi ini terutama terjadi pada perusahaan-perusahaan besar pada industri strategis.
Penawaran Saham Perdana (IPO) dan Penawaran Saham Musiman (SEO)
Pada penawaran saham perdana dan penawaran saham musiman, laporan keuangan merupakan sumber informasi utama yang penting bagi calon investor. Manajer perusahaan yang go public akan cenderung melakukan manajemen laba untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas saham perdananya dengan harapan mendapatkan respons positif dari investor terhadap peramalan laba sebagai sebuah sinyal dari nilai perusahaan, begitu pula dalam hal penawaran saham musiman.
Harga Saham
Sifat dasar manusia adalah menyukai keuntungan dan menghindari risiko. Perusahaan yang dipandang investor memiliki pendapatan yang tinggi cenderung akan mengalami kenaikan pada harga sahamnya. Selain itu, investor juga akan memberi harga yang lebih tinggi atas saham perusahaan yang labanya tidak terlalu bergejolak yang menandakan kecilnya tingkat risiko. Bagi perusahaan, harga saham yang tinggi dapat meningkatkan nilai pasarnya, sedangkan bagi manajer yang memiliki saham perusahaan, harga saham yang tinggi akan meningkatkan kekayaan pribadinya. Selain itu, untuk menghindari penurunan harga saham secara tajam, laba mungkin akan disesuaikan menurut ramalan atau prediksi di pasar modal. Hal-hal tersebut juga dapat menjadi motivasi yang mendorong manajer melakukan manajemen laba.
Pergantian CEO (Chief Executive Officer)
Banyak motivasi yang muncul berkaitan dengan CEO. CEO yang mendekati masa pensiun akan berusaha meningkatkan bonusnya dengan meningkatkan laba. CEO yang kurang berhasil memperbaiki kinerjanya, berusaha menghindari pemecatannya dengan meningkatkan laba. CEO baru untuk menunjukkan kesalahan dari CEO sebelumnya dan membuka peluang agar laba periode mendatang meningkat, membebankan biaya periode mendatang pada periode berjalan yang otomatis akan menurunkan laba periode berjalan. Hal-hal tersebut pun dapat menjadi motivasi manajer untuk melakukan praktik-praktik manajemen laba.
Pola-pola Manajemen Laba
Scott (2000) dalam Jaryanto (2008) membagi manajemen laba yang mungkin dilakukan oleh para menejer perusahaan ke dalam empat jenis pola manajemen laba sebagai berikut:
Cuci Bersih (Taking a Bath)
Pola ini terjadinya pada periode sulit, kondisi buruk yang tidak menguntungkan dan tidak dapat dihindari lagi pada periode tersebut, ataupun pada saat terjadi reorganisasi, termasuk pengangkatan CEO baru. Manajer melaporkan kerugian, mungkin dalam jumlah yang besar, sebagai akibat dari penghapusan aktiva dan/atau pembebanan biaya-biaya masa depan sekaligus pada periode tersebut dengan harapan laba pada periode-periode mendatang dapat meningkat karena berkurangnya beban periode mendatang.
Menurunkan Laba (Income Minimization)
Pola ini dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan cara seperti pada pola taking a bath, yaitu mempercepat penghapusan atas barang modal dan aktiva tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan, hasil akuntansi untuk biaya eksplorasi, dan mengakui pengeluaran-pengeluaran lain sebagai biaya periode tersebut. Hal ini dilakukan pada saat profitabilitas tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis sekaligus sebagai upaya menyimpan laba sehingga jika laba periode mendatang mengalami penurunan drastis dapat diatasi dengan mengambil simpanan laba periode berjalan.
Menaikkan Laba (Income Maximization)
Pola ini dilakukan pada saat laba mengalami penurunan. Kebalikan dari income minimization, income maximization dilakukan dengan cara mengambil simpanan laba periode sebelumnya ataupun menarik laba periode yang akan datang, misalnya dengan menunda pembebanan biaya. Pola ini dilakukan atas dasar motivasi bonus, motivasi penghindaran pelanggaran perjanjian utang, pada saat penawaran saham perdana dan musiman, ataupun untuk menghindari turunnya harga saham secara drastis.
Perataan Laba (Income Smoothing)
Income smoothing dilakukan dengan meratakan laba antar periode yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor yang pada umumnya lebih menyukai laba yang relatif stabil. Income smoothing bisa dikatakan pola perpaduan antara income minimization dengan income maximization antar periode, dimana pada periode laba yang tinggi, laba akan disimpan untuk digunakan pada periode laba yang rendah.

*bersambung..

baca juga :
Manajemen Laba, Baik atau Buruk ? (1)
Manajemen Laba, Baik atau Buruk ? (2)

Comments

Popular posts from this blog

Cara Bikin Daftar Isi Otomatis di Ms Word

Capek dong, yah? Tiap kali atasan ngerevisi konsep laporan, kamu harus neliti lagi halaman demi halaman buat nyocokin nomor halaman ke daftar isi? Mending-mending kalau atasan kamu (yang ngrevisi) cuma satu, kalau ada lima belas?! Sebenernya kalau kamu pinter dikit , suruh aja junior kamu yang ngerjain bikin aja daftar isinya belakangan pas laporan udah final. Tapi karena kamu maunya pinter banyak , bikin aja daftar isi otomatis! Kayak gimana tuh, yuk kita bahas. Bagi yang belum tahu, semoga berguna. Bagi yang udah tahu, ngapain kamu masih di sini? Pergi sana! Aku tidak mau melihat mukamu lagi! Enyahlah!! #becanda, *sinetron banget ya* Sebelumnya, karena saya memakai Ms Office 2010, maka saya akan jelaskan berdasarkan versi tersebut. Apa? Kamu pakai Ms Office 2007? Ga masalah, mirip-mirip kok. Apa? Kamu masih pakai Ms Office 2003? Plis deh, itu udah sewindu lebih. Apa? Ms Office kamu bajakan? Itu urusan kamu! Apa? Ms Office kamu versi 2003 dan bajakan? Wuargh!! Apa? kamu belum

kaki kanan dan kaki kiri

Minggu pagi yang cerah, kaki kanan dan kaki kiri sedang bersepeda bersama waktu itu. Setelah keduanya hampir lelah mengayuh dan memutuskan untuk kembali pulang, mereka menyempatkan diri sekadar membeli makan pagi, alias sarapan dalam bahasa manusia. Mampirlah mereka membeli ketupat sayur di pinggir jalan, dibungkus, pakai telor. Masukkan ke keranjang sepeda di bagian depan; cukup satu bungkus yang akan mereka makan bersama; memang rukun sekali mereka berdua. Dari situ, kedua kaki itu benar-benar hendak pulang. Tapi tunggu dulu, mereka tiba-tiba ingat sesuatu. Persediaan uang di dompet tuannya menipis. Kebetulan – qodarullah, red - di seberang jalan sana ada ATM * Automatic Teller Machine , bukan Anjungan Tunai Mandiri. Mereka kayuh kembali sepedanya ke ATM yang masih satu komplek dengan Apotik Rini itu. Apotik –yang entah kenapa- paling laris dari beberapa apotik yang ber- jejer di sepanjang Jalan Balai Pustaka. Sampailah sepasang kaki itu di tempat tersebut. Ramai-ramai; rupanya se

adverse vs disclaimer

Opini auditor mana yang lebih baik, atau lebih tepatnya mana yang lebih buruk: adverse (tidak wajar) atau disclaimer (tidak menyatakan pendapat). Terkadang --atau bahkan selalu-- ada perbedaan pendapat dalam sebuah disiplin ilmu; tetapi tidak selalu didapatkan kata sepakat. Tidak berbeda juga dalam akuntansi dan audit, para 'ahli' berbeda pendapat tentang apakah opini adverse lebih 'baik' dari opini disclaimer atau sebaliknya. Sebelum 'menentukan' jawabannya, ada baiknya kita baca kembali penjelasan masing-masing opini. Pendapat Tidak Wajar/TW ( adverse opinion ) adalah opini yang menyatakan bahwa Laporan Keuangan (LK) tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan sesuai dengan standar akuntansi. Opini ini diberikan karena auditor meyakini, berdasar bukti-bukti yang dikumpulkannya, bahwa laporan keuangan mengandung banyak sekali kesalahan atau kekeliruan yang material. Artinya, laporan keuangan tidak menggambarkan kondisi keuangan secara