Tinggalkan Jayapura dan Surakarta (Solo, red), sekarang saya sudah kembali ke Jakarta, kota tersibuk se-Indonesia Raya; tentu saja kembali bersama keluarga tercinta.
Setelah dua pekan me-reviu Konsep LK di BPK Perwakilan Provinsi Papua dan satu pekan 'membayar hutang rindu' kepada keluarga di Surakarta, tiga hari kerja pertama di Jakarta dilalui dengan melanjutkan reviu tempo hari dengan Rapat Koordinasi Teknis. Satu malam di antaranya sampai pukul 23.15 WIB.
Hari ke-empat, barulah ngantor seperti biasa. Kalaupun ada yang berbeda, itu adalah sekarang saya berangkat ke kantor dengan bersepeda motor. Lumayan menghemat waktu, hanya perlu 30 menit-an perjalanan rumah-kantor naik sepeda motor. Bandingkan dengan waktu rumah-kantor menggunakan angkutan umum yang mencapai 45 s.d. 60 menit-an, bahkan terkadang lebih. Setidaknya waktu bersama keluarga bisa dihemat beberapa menit setiap harinya. 15 menit x 2 pp (pulang pergi) x 20 hari kerja = 10 jam; minimal waktu yang dapat dihemat setiap bulannya, wow! Lumayan juga ya..
Itu kelebihannya. Kekurangannya, tentu saja ada. Sikon jalanan di Jakarta jauh berbeda dengan jalanan di Surakarta, jauh lebih ramai, padat; jalannya pun lebih besar-besar, rumit, bergelombang, banyak lubang maupun gundukan; para pengendaranya pun lebih 'garang'. Praktis, saya harus ekstra berhati-hati berkendara di jalan raya di Jakarta. Apalagi, perjalanan rumah-kantor sebagian besar melewati jalan protokol kota ini. Ditambah waktu liburan di Surakarta kemarin, saya gagal total mendapatkan SIM. Otomatis, setiap kali melihat rompi hijau Pak Polisi, hati saya jadi agak 'grek-grek gimana' gitu. *Huehehe... Padahal kantor saya tidak jauh dari Kantor Korlantas..
Sekian dulu cerita biasa dari saya. Lumayan buat ngisi bulan Februari. Hihii..
![]() |
'Cah Solo' |
Comments
Post a Comment