Skip to main content

senyum di balik jendela

Saya harap ini tidak terus berlanjut sampai Maryam mengerti. Bahwa tidur terlalu larut itu tidak baik. Apalagi hampir setiap malam Maryam seperti itu. Maryam hampir-hampir tidak pernah tidur malam sebelum pukul delapan. Lebih sering ia tidur lewat pukul sembilan malam. Kalaupun tidur pukul tujuh-an, biasanya satu atau dua jam setelahnya, ia akan bangun lagi (nglilir, red). Dan biasanya setelah itu, ia akan lebih sulit tidur lagi, bisa sampai pukul sebelas. Apa yang Maryam lakukan? Bermain! Seringkali Maryam mengajak kami --yang sudah setengah tidur-- menemaninya bermain.

Maryam memang sedang senang-senangnya bermain --sambil belajar *padahal Maryam nggak kenal sama Bobo* Racauannya sudah semakin beragam. 'Kosasukukata'-nya semakin bertambah banyak, meskipun sebagian besar masih tanpa arti. Seringkali ia bermain sambil teriak-teriak. Bukan apa-apa, kami hanya tidak ingin itu mengganggu waktu istirahat nenek kontrakan *saya tidak tahu istilah yang lebih tepat*, Bu Tolip, apalagi jika sudah di atas pukul sembilan. 

Maryam bisa bermain dengan apapun. Tempat bedak, kunci rumah, radio, sampai dompet abi-nya tak jarang ia jadikan mainan. Maryam juga sangat berminat dengan buku, bukan untuk dibaca, tetapi untuk disobek-sobek. Maryam juga tidak akan membiarkan ummi-nya memasak sendirian. Ia selalu ingin 'membantu'. Biasanya, pada momen-momen seperti itu, ummi-nya akan mendudukkannya di kereta dorong dan mengencangkan sabuk pengamannya. Sejurus kemudian, Maryam mulai meneriakkan racauannya atau ia akan mengunyah-kunyah sabuk pengaman seolah-olah sedang menikmati sepotong coklat. Seperti itu sampai Maryam bilang "pipih(s), pipih(s)" tetapi terlambat karena kereta dorong telah basah kuyup.

Kebiasaan Maryam tidur terlalu larut kadang membuat ummi-nya 'stress sesaat'. Ummi-nya akan masuk ke kamar lain dan menutup pintu membiarkan Maryam bermain. Saat sadar ummi tidak lagi berada di sampingnya, Maryam akan mendatangi pintu itu, mengetuk-ketuknya sambil menangis. Tentang menangis, entah belajar dari mana --karena kami tidak punya TV--, Maryam sudah bisa pura-pura menangis untuk sekadar menarik perhatian. Tak jarang tangisan pura-puranya berujung tangisan beneran. Karena tak ingin mengganggu tetangga, ibunya keluar lalu memintanya untuk segera tidur. Dan Maryam sepertinya mengerti. Dan kadang pula, Maryam sebenarnya sudah ingin tidur, tetapi lama ia hanya bergulung-gulung di kasur seperti orang dewasa sedang banyak pikiran.

Karena kebiasaannya tidur larut ini, Maryam jadi jarang bangun pagi. Ketika melihat balita lain sudah diajak jalan-jalan setengah enam, saya hanya bisa berkata dalam hati, "Haha, Maryam masih bobok."

Tetapi biasanya Maryam sudah bangun ketika kami makan pagi atau ketika saya hendak berangkat ke kantor, bersalaman dengan abi-nya sambil tersenyum manis. Dan senyum manis itu masih mengintip di balik jendela kaca mengantar keberangkatan abi-nya untuk bekerja.

Kepulangan saya pun tak pernah sepi dari teriakan semihisteris Maryam. Sambil melonjak-lonjak di gendongan ummi-nya, Maryam menyambut kedatangan abi-nya di gang depan rumah kontrakan. Atau jika sedang berada di dalam rumah, Maryam akan merangkak cepat menuju jendela kaca lalu berkicau, "abee, abee".

Iya. Sampai hari ini, Maryam masih belum benar-benar mau berjalan. Sebenarnya, lima-enam langkah ia sudah bisa. Namun, mungkin ia masih merasa lebih nyaman merangkak. Mungkin kami harus sedikit 'memaksanya' berjalan.

Jika sedang terjaga, Maryam tidak akan melewatkan momen makan bersama kami. Dia sudah akan cukup senang hati diberi irisan wortel dan sesekali seperenam atau sepertujuh suap sendok nasi berikut kuahnya, tak lupa dengan air putih dalam tempat minum warnya pink di sampingnya.

Dunia tidak seperti milik berdua lagi. Sekarang, dunia seperti milik bertiga.

yakinlah, ini bukan jendela rumah saya. jendela ini hanya ilustrasi

Comments

Popular posts from this blog

Cara Bikin Daftar Isi Otomatis di Ms Word

Capek dong, yah? Tiap kali atasan ngerevisi konsep laporan, kamu harus neliti lagi halaman demi halaman buat nyocokin nomor halaman ke daftar isi? Mending-mending kalau atasan kamu (yang ngrevisi) cuma satu, kalau ada lima belas?! Sebenernya kalau kamu pinter dikit , suruh aja junior kamu yang ngerjain bikin aja daftar isinya belakangan pas laporan udah final. Tapi karena kamu maunya pinter banyak , bikin aja daftar isi otomatis! Kayak gimana tuh, yuk kita bahas. Bagi yang belum tahu, semoga berguna. Bagi yang udah tahu, ngapain kamu masih di sini? Pergi sana! Aku tidak mau melihat mukamu lagi! Enyahlah!! #becanda, *sinetron banget ya* Sebelumnya, karena saya memakai Ms Office 2010, maka saya akan jelaskan berdasarkan versi tersebut. Apa? Kamu pakai Ms Office 2007? Ga masalah, mirip-mirip kok. Apa? Kamu masih pakai Ms Office 2003? Plis deh, itu udah sewindu lebih. Apa? Ms Office kamu bajakan? Itu urusan kamu! Apa? Ms Office kamu versi 2003 dan bajakan? Wuargh!! Apa? kamu belum...

Manajemen Laba, Baik atau Buruk ? (5)

Praktik-praktik Manajemen Laba Fenomena adanya praktik manajemen laba pernah terjadi di pasar modal Indonesia, khususnya pada emiten manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Contoh kasus terjadi pada PT Kimia Farma Tbk. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal, 2002), diperoleh bukti bahwa terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk., berupa kesalahan dalam penilaian persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan penjualan, dimana dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp32,7 miliar. Kasus yang sama juga pernah terjadi pada PT Indofarma Tbk. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam terhadap PT Indofarma Tbk. (Badan Pengawas Pasar Modal, 2004), ditemukan bukti bahwa nilai barang dalam proses diniliai lebih tinggi dari nilai yang seharusnya dalam penyajian nilai persediaan barang dalam proses pada tahun buku 2001 sebesar  Rp28,87 miliar. Akibatnya penyajia...

Imunisasi, Satu Lagi Siasat Keji Yahudi

imunisasi dalam timbangan Alhamdulillah , istri saya saat ini telah memasuki bulan keempat kehamilannya. Persiapan demi persiapan menjadi sepasang ayah dan ibu yang baik pun mulai kami usahakan. Masalah kesehatan menjadi prioritas utama bagi kami –tentu saja setelah masalah agama-. Salah satu yang menjadi topik pembicaraan kami dalam penantian sang buah hati adalah imunisasi atau vaksinasi. Qodarulloh , setelah mencari-cari informasi, bukan hanya ilmu tentang baik atau buruk sebenarnya vaksinasi tersebut, saya justru mendapatkan lebih, tentang indikasi kuat adanya konspirasi Yahudi –lagi-lagi Yahudi Laknatulloh - di balik program vaksinasi ini. Berikut saya ringkaskan artikel “Imunisasi, Siasat Yahudi Lumpuhkan Generasi” dalam Tabloid Bekam pada edisi yang mengangkat Imunisasi sebagai topik utamanya. Semoga bermanfaat. Apa itu Imunisasi/Vaksinasi? Bila bibit penyakit penderita TBC, Hepatitis, Meningitis, HIV, Campak, Polio atau penyakit lai...