melanjutkan yang kemarin___
Sabtu. Kami berkunjung ke kampus STAN, kampus tempat saya menuntut 'ilmu dunia', dulu. Ada setidaknya tiga alasan saya mengajak anak istri ke sini. Pertama, kebetulan (qodarullah, red) pas ada kajian di sana; Zakat Maal & Kontroversi Zakat Profesi oleh Ustadz Dr. Erwandi Tarmizi, seorang doktor fakultas syari'ah jebolan Universitas Islam Al Imam Muhammad bin Sa'ud, Madinah. Kali ini, saya ke kampus untuk menuntut 'ilmu akhirat'. O ya, baru kali pertama ini --setahu saya--, kajian seperti ini diadakan di gedung kampus. Dulu di zaman saya, paling banter diadakan di masjid sekitar kampus. Kajian direncanakan dimulai pukul 08.00, tetapi perkiraan saya pukul 08.30 s.d. 09.00 paling baru benar-benar dimulai. Untuk mengejar acara itu --plus kami berencana mampir dulu ke rumah mantan ibu kos, maka kami 'terpaksa' membayar mahal taksi untuk merngantar kami ke sana. Etapi tak apa, tak ada kata mahal untuk keluarga.
Alasan kedua, seperti yang telah disinggung di atas --juga di tulisan sebelumnya, kami ingin berziarah ke rumah mantan ibu kos *bukan silaturahim, karena istilah silaturahim itu sebenarnya khusus kepada yang ada hubungan kerabat dengan kita. yang tepat: ziarah, bukan berarti/bedakan dengan ziarah kubur ya*. Maklum, sejak menikah --sampai punya anak usia satu tahun, istri saya belum pernah bertemu dengan Nyak O'om, 'ibu tiga tahun' saya dan keluarga besarnya *kurang lebih tiga tahun saya merumah di kos-annya*. Pasti senang --bagi kedua belah pihak-- untuk saling bertemu dan mengenal. Dan benar saja. Mampir sebentar sebelum pergi ngaji, kami kembali ke rumah ibu kos, makan siang, mengobrol, cerita tentang masa lalu, hari ini, dan masa depan, dsb. Maryam pun senang betul karena di sana ia bertemu banyak teman, cucu-cucu Nyak O'om.
Ketiga, saya ingin 'memperlihatkan' kepada istri tempat perjuangan saya dulu; kampus STAN, medan perang berjibaku melawan akuntansi dkk, rumah kedua dimana saya kali pertama hidup terpisah dengan keluarga. Sekaligus, saya ingin melihat perubahan kampus saya dulu itu. Karena setelah saya lulus, justru gedung-gedung dan fasilitas kampus dibangun besar-besaran.
Dan iya. Kampus memang sudah banyak berubah. Mulai dari gerbang depan, masuk ke dalam ada kolam dengan tulisan STAN besar di tengahnya. Hmm.. bagus. Di kanan kiri gedung P --pusat administrasi kampus, dulu--, yang di zaman saya hanya lahan kosong tak terawat, sudah ada dua gedung baru kembar bagus. Di salah satu gedung itu lah, Gedung I, kami mengaji tempo hari. Di bagian belakang, lapangan besar tempat kami dulu bermain bola telah disulap menjadi semacam pusat kegiatan mahasiswa --entah dimana lagi para mahasiswa bermain bola (bukan futsal) sekarang. Taman CD, salah satu tempat favorit mahasiswa dulu, sayang sekali, kami tak sempat menengok tempat itu.
Kira-kira satu jam sebelum waktu Ashar, kami pulang. Maryam senang betul hari itu. Ummi-nya, apalagi.
kampus STAN, sekarang |
Dan iya. Kampus memang sudah banyak berubah. Mulai dari gerbang depan, masuk ke dalam ada kolam dengan tulisan STAN besar di tengahnya. Hmm.. bagus. Di kanan kiri gedung P --pusat administrasi kampus, dulu--, yang di zaman saya hanya lahan kosong tak terawat, sudah ada dua gedung baru kembar bagus. Di salah satu gedung itu lah, Gedung I, kami mengaji tempo hari. Di bagian belakang, lapangan besar tempat kami dulu bermain bola telah disulap menjadi semacam pusat kegiatan mahasiswa --entah dimana lagi para mahasiswa bermain bola (bukan futsal) sekarang. Taman CD, salah satu tempat favorit mahasiswa dulu, sayang sekali, kami tak sempat menengok tempat itu.
Kira-kira satu jam sebelum waktu Ashar, kami pulang. Maryam senang betul hari itu. Ummi-nya, apalagi.
Alhamdulillah ya mas, tidak semua mahasiswa bisa melihat pulau jawa,,, saya bisa kembali ke kosannya pak heru di PJMI sudah bersyukur,,, sekarang adalah masa2 kegelapan
ReplyDelete