Skip to main content

kaki kanan dan kaki kiri

Minggu pagi yang cerah, kaki kanan dan kaki kiri sedang bersepeda bersama waktu itu. Setelah keduanya hampir lelah mengayuh dan memutuskan untuk kembali pulang, mereka menyempatkan diri sekadar membeli makan pagi, alias sarapan dalam bahasa manusia. Mampirlah mereka membeli ketupat sayur di pinggir jalan, dibungkus, pakai telor. Masukkan ke keranjang sepeda di bagian depan; cukup satu bungkus yang akan mereka makan bersama; memang rukun sekali mereka berdua.

Dari situ, kedua kaki itu benar-benar hendak pulang. Tapi tunggu dulu, mereka tiba-tiba ingat sesuatu. Persediaan uang di dompet tuannya menipis. Kebetulan –qodarullah, red- di seberang jalan sana ada ATM *Automatic Teller Machine, bukan Anjungan Tunai Mandiri. Mereka kayuh kembali sepedanya ke ATM yang masih satu komplek dengan Apotik Rini itu. Apotik –yang entah kenapa- paling laris dari beberapa apotik yang ber-jejer di sepanjang Jalan Balai Pustaka.

Sampailah sepasang kaki itu di tempat tersebut. Ramai-ramai; rupanya sedang ada acara di Apotik Rini. Oh, mungkin ini yang bikin Apotik Rini berhasil memenangkan persaingan antar apotik di daerah Rawamangun selain karena sepertinya apotik ini apotik yang paling tua –bisa dilihat dari bangunannya. Sesekali waktu, mereka mengumpulkan pelanggan untuk sekadar senam pagi, lalu setelah itu bagi-bagi hadiah –mungkin.

Biasanya kaki kanan dan kaki kiri memarkir sepeda mereka di dalam komplek apotik. Tetapi karena kali ini tempat telah penuh dengan motor terparkir di situ, maka mereka hanya meninggalkan sepedanya di pinggir jalan, dikunci setang *jaman sekarang, sepeda mini pun pakai kunci setang.

Kaki kiri dan kaki kanan tiba tepat di depan pintu ATM, terjadilah apa yang terjadi pagi itu. ‘Seseorang’ membuka pintu ATM dengan serampangan. Ujung pintu ATM bagian bawah yang terdiri kaca tebal berlapis logam keras mengkilat itu menghantam telak kaki kanan, tepat di ujung kuku jempolnya. Seketika itu segar darah merah bersimbah, kuku jempol kaki kanan lepas separo. Kondisinya sangat mengenaskan, kuku itu seperti tutup botol yang baru saja dicongkel paksa. Belum terbuka sepenuhnya, masih menggantung setengah di tempatnya.

Kaki kiri pun panik, tetapi –alhamdulillah- masih bisa berpikir jernih. Segera ia papah saudaranya ke sepeda mereka. Ia naikkan kaki kanan ke sepeda, lalu dikayuhnya sepeda itu sendirian. Kebetulan –qodarullah, red- tidak jauh dari situ ada sebuah rumah sakit, Rumah Sakit Persahabatan. Saking terburu-burunya, tak peduli sepeda mereka melaju berlawanan arus. Saat menyeberang perempatan,  lampu merah yang menyala atau lampu hijau yang padam pun tak lagi dihiraukan.

Untunglah –alhamdulillah- kedua kaki sampai di RS Persahabatan dengan ‘selamat’. Sesampainya di sana, setelah meletakkan sepeda sekenanya, kaki kiri kembali memapah kaki kanan ke IGD –Instalasi Gawat Darurat. Satpam-satpam rumah sakit yang baik hati pun mengantarkan mereka sampai ke ruang medikasi.

Ada satu pasien manusia juga di ruang itu. Sepertinya ia habis jatuh dari sepeda motor. Kaki, tangan, dan dagunya lecet-lecet. Alhamdulillah, si kaki kanan hanya luka jempolnya saja. Kaki kanan pun berbaring di ranjang sebelah pasien itu. Darah sepertinya tidak lagi mengalir. Ganti keringat dingin sekarang yang mengalir. Tetapi, kaki kanan lumayan tenang sebenarnya waktu itu.

Setelah selesai mengurus pasien yang tadi, si perawat menghampiri kaki kanan dan kaki kiri. Setelah meminta izin untuk mencabut kuku malang itu, ia menyemprotkan pembius, menjepit kuku jempol kaki kanan, lalu mulai mencongkel tepi kuku yang masih melekat. Sakit, lumayan..

Keringat dingin semakin deras mengalir, tidak hanya di kaki kanan dan kaki kiri, tetapi juga di sekujur tubuh tuannya. Bahkan disertai sedikit kepala pusing dan pandangan agak kabur, seperti mau pingsan –untungnya tidak jadi, alhamdulillah. Sesekali sang tuan meringis kesakitan. Setelah beberapa saat, kuku berhasil dilepas seluruhnya, legalah, alhamdulillah.

Kemudian, Pak Perawat membubuhkan cairan obat dan membungkus jempol kaki kanan dengan kain kasa. Selesai.

Setelah menyelesaikan urusan administrasi, kedua kaki meninggalkan RS Persahabatan –tetapi tidak menanggalkan persahabatan-, pulang kembali ke rumah. Hari sudah mulai agak siang, sinar matahari sudah mulai terasa terik.


kaki kanan yang malang, "la ba`sa thohurun, insyaAllah"

Sesampainya di rumah, ‘seseorang’ yang membuka pintu ATM serampangan tadi baru diingat. Dia ternyata adalah si tangan kiri. Sudah seharusnya, dia meminta maaf. Tak apa, kita semua bersaudara. Dan toh si tangan kiri sejujurnya tak sengaja. Siang itu juga, setelah makan ketupat sayur yang telah mendingin, mereka semua tidur siang bersama.

Comments

Popular posts from this blog

Manajemen Laba, Baik atau Buruk ? (5)

Praktik-praktik Manajemen Laba Fenomena adanya praktik manajemen laba pernah terjadi di pasar modal Indonesia, khususnya pada emiten manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Contoh kasus terjadi pada PT Kimia Farma Tbk. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal, 2002), diperoleh bukti bahwa terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk., berupa kesalahan dalam penilaian persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan penjualan, dimana dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp32,7 miliar. Kasus yang sama juga pernah terjadi pada PT Indofarma Tbk. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam terhadap PT Indofarma Tbk. (Badan Pengawas Pasar Modal, 2004), ditemukan bukti bahwa nilai barang dalam proses diniliai lebih tinggi dari nilai yang seharusnya dalam penyajian nilai persediaan barang dalam proses pada tahun buku 2001 sebesar  Rp28,87 miliar. Akibatnya penyajian te

Cara Bikin Daftar Isi Otomatis di Ms Word

Capek dong, yah? Tiap kali atasan ngerevisi konsep laporan, kamu harus neliti lagi halaman demi halaman buat nyocokin nomor halaman ke daftar isi? Mending-mending kalau atasan kamu (yang ngrevisi) cuma satu, kalau ada lima belas?! Sebenernya kalau kamu pinter dikit , suruh aja junior kamu yang ngerjain bikin aja daftar isinya belakangan pas laporan udah final. Tapi karena kamu maunya pinter banyak , bikin aja daftar isi otomatis! Kayak gimana tuh, yuk kita bahas. Bagi yang belum tahu, semoga berguna. Bagi yang udah tahu, ngapain kamu masih di sini? Pergi sana! Aku tidak mau melihat mukamu lagi! Enyahlah!! #becanda, *sinetron banget ya* Sebelumnya, karena saya memakai Ms Office 2010, maka saya akan jelaskan berdasarkan versi tersebut. Apa? Kamu pakai Ms Office 2007? Ga masalah, mirip-mirip kok. Apa? Kamu masih pakai Ms Office 2003? Plis deh, itu udah sewindu lebih. Apa? Ms Office kamu bajakan? Itu urusan kamu! Apa? Ms Office kamu versi 2003 dan bajakan? Wuargh!! Apa? kamu belum

adverse vs disclaimer

Opini auditor mana yang lebih baik, atau lebih tepatnya mana yang lebih buruk: adverse (tidak wajar) atau disclaimer (tidak menyatakan pendapat). Terkadang --atau bahkan selalu-- ada perbedaan pendapat dalam sebuah disiplin ilmu; tetapi tidak selalu didapatkan kata sepakat. Tidak berbeda juga dalam akuntansi dan audit, para 'ahli' berbeda pendapat tentang apakah opini adverse lebih 'baik' dari opini disclaimer atau sebaliknya. Sebelum 'menentukan' jawabannya, ada baiknya kita baca kembali penjelasan masing-masing opini. Pendapat Tidak Wajar/TW ( adverse opinion ) adalah opini yang menyatakan bahwa Laporan Keuangan (LK) tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan sesuai dengan standar akuntansi. Opini ini diberikan karena auditor meyakini, berdasar bukti-bukti yang dikumpulkannya, bahwa laporan keuangan mengandung banyak sekali kesalahan atau kekeliruan yang material. Artinya, laporan keuangan tidak menggambarkan kondisi keuangan secara