Saya tak pernah benar-benar mengerti seberapa sulitnya berhenti merokok, karena -alhamdulillah- saya bukan perokok, tak pernah merokok. Tetapi mungkin saya bisa mengira-kira, memang tak semudah membalik telapak tangan untuk meninggalkan rokok. Oh, tidak. Saya bukan hendak menyajikan pembenaran bagi Anda yang belum bisa berhenti merokok. Justru mungkin sebaliknya.
Tidak banyak -kalau tidak mau dikatakan tidak ada- orang yang tidak mengerti bahaya rokok. Sekadar bisa membaca saja, mereka jelas-jelas akan tahu akibat-akibat berbahaya yang dapat ditimbulkannya. "Peringatan Pemerintah" terpampang di setiap bungkus rokok, iklan-iklan, baliho, dan segala macam atribut yang berbau rokok. Lalu kenapa? Mereka 'sulit' berhenti merokok karena mereka telah 'menikmatinya', nikmat sesaat yang semu; kecanduan. 'Nikmat' yang akan mengantarkan mereka ke lembah kebinasaan dan penyesalan berkepanjangan. Hanya saja, ditambah lagi, bahaya-bahaya rokok yang sekadar belum datang seolah hanya omong kosong bagi mereka, seperti surga dan neraka bagi orang-orang tak beragama. Nikmat di depan mata dan bahaya yang 'jauh' entah kapan datangnya membuat mereka terus saja menghisap racun.
Maka, jika Anda benar-benar ingin berhenti merokok, satu, luruskan niat bulatkan tekad untuk meninggalkan rokok. Dua, yakini bahwa rokok berbahaya -haram, tentu saja-, bahkan tidak hanya bagi Anda, tapi juga berbahaya bagi keluarga tercinta dan orang-orang di sekitar Anda. Tanpa perlu pusing memikirkan kapan bahaya itu datang, yakini saja. Kalaupun selama ini terasa enak saja dan tidak terjadi apa-apa, yakinilah, itu hanya sementara, semu, tipuan agar Anda terjerumus semakin dalam, semakin dalam. Tiga, yakini juga, ini -meninggalkan rokok- jelas untuk kebaikan Anda dan orang-orang yang Anda cintai. Empat, bergaullah dengan orang-orang yang tidak merokok, tinggalkanlah teman-teman perokok, setidaknya ketika mereka sedang merokok. Lima, tentu saja jangan lupa berdoa, karena tidak ada daya dan upaya melainkan berasal dari-Nya.
matikan, sekarang! |
Sebenarnya, saya tidak hendak khusus membicarakan rokok di sini, hanya saja rokok merupakan contoh paling mudah. Justru, konsep di atas dapat digunakan untuk segala macam candu. Bahkan candu lahir dan batin. Segala sesuatu yang secara sesaat terasa nikmat, tapi berdampak buruk -bahkan sangat buruk- pada akhirnya. Dan terkadang kita benar-benar tahu dan yakin akan dampak buruk itu, tetapi kita tetap saja, juga seolah -hanya seolah- benar-benar sulit meninggalkannya. Saya pernah menulis tentang filosofi narkoba, mirip-mirip itu juga.
apik Win tulisanmu... :)
ReplyDeletematurnuwun, btw, siapa gerangan Kisanak?
ReplyDelete