Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2011

plegmatis

Hasil ikut kuis temperamen: Merupakan seseorang yang memiliki sifat alamiah pendamai, tidak suka kekerasan *peace. Merupakan orang yang mudah diajak bergaul, ramah, dan menyenangkan *jadi malu. Ia adalah tipe orang yang bisa membuat sekelompok orang tertawa terbahak-bahak oleh humor-humor keringnya *garing kali, maksudnya ya* meski ia sendiri tidak tertawa. Merupakan pribadi yang konsisten, tenang, dan jarang sekali terpengaruh dengan lingkungannya, tidak pernah terlihat gelisah *no comment. Di balik pribadinya yang dingin dan malu-malu, sesungguhnya ia memiliki kemampuan untuk dapat lebih merasakan emosi yang terkandung pada sesuatu *no comment lagi. Karena sifatnya yang menyukai kedamaian dan tidak menyukai pertikaian, ia cenderung menarik diri dari segala macam keterlibatan *hmm, betul3. Hal inilah yang seringkali menghambatnya untuk menunjukkan kemampuannya secara total dan cenderung pasif dan pemalas *wadoh, ending-nya kok gini.

pilu

Langit pagi ini mendung sekali, semendung hati ini; bergemuruh seperti hampir runtuh.. Pernahkah kita mengalami, sebuah rencana 'besar' yang telah tersusun rapi dan kita tinggal menghitung hari untuk bergembira menyambut rencana tersebut terrealisasi, tiba-tiba hancur berantakan karena suatu hal yang sebelumnya tak pernah terprediksi[?] Angan-angan pun melayang. Haru, pilu, sampai sesak di dada seperti asma yang mendadak kambuh datang bertubi-tubi menggelayuti tubuh ini yang mulai lunglai.. Apalagi jika rencana tersebut melibatkan orang yang kita cintai; terkhusus kita persiapkan untuk orang yang kita sayangi. Berlipat gandalah kegundahan ini, lengkap sudah episode pilu. Tapi justru inilah --menariknya-- hidup, Jenderal! Kita tak pernah tahu apa yang menanti di depan kita. Mengutip kata-kata dalam Forrest Gump, " Life was like a box of chocolates . You never know what you're gonna get ." Tidak ada yang tahu masa depan kecuali Allah! Bayangkan bi

transjakarta, angkutan umum, dan wanita

Sejak unit kerja saya bedol desa ke kantor perwakilan yang di MTH *entah kenapa saya agak sulit menuliskan instansi saya bekerja*, saya tidak lagi bisa naik bus jemputan kantor untuk berangkat dan pulang --karena bus jemputan hanya tersedia untuk perjalanan dari dan ke kantor pusat yang di Gatot Subroto. Sejak saat itu, saya 'terpaksa' naik Transjakarta ke kantor, setiap pagi. halte busway Transjakarta, sebuah model transportasi yang hanya --baru-- ada di satu kota di negeri ini ternyata memang tak senyaman yang dibayangkan. Mulai dari halte keberangkatan, bus yang dinanti kadang tak kunjung datang. Butuh waktu kira-kira rata-rata sepuluh menit dari mulai beli karcis sampai naik bis bus; mungkin karena jumlah armada Transjakarta masih kalah dengan jumlah armada Metromini ataupun armada Kopaja. Di dalam bus, penumpang pun --terlihat-- sudah penuh berjejalan, pria dan wanita. Sebenarnya bus belum penuh-penuh amat , tetapi mereka suka berkumpul di dekat pintu keluar

tidak butuh(?)

Seorang janin di dalam rahim ibunya -mungkin- hanya membutuhkan satu: tali pusat yang menghubungkan dia dengan ibunya, yang mencukupi kebutuhan nutrisinya. Ketika hendak diberi tangan, kaki, dan organ tubuh lainnya, ia merasa tidak membutuhkannya, "Untuk apa? Saya tidak butuh, saya hanya butuh tali pusat.", begitu kira-kira pikirnya. Ia benar-benar menolak. Saat terlahir ke dunia dan beranjak dewasa, ia pun sadar bahwa tangan dan kaki yang dahulu ditolaknya ternyata sangat berguna, penting, sangat dibutuhkan di kehidupannya yang sekarang: dunia. Dan tali pusat yang ketika di alam rahim sangat ia agung-agungkan itu justru menjadi yang pertama dibuang, tak lagi dibutuhkan. Kini, ia harus hidup tanpa tangan dan kaki. Ia pun menyesal sejadi-jadinya, "Anda waktu dapat diputar kembali..", sesalnya. Layaknya janin itu, begitupulalah yang kira-kira terjadi pada orang-orang yang menolak syari'at Islam ini. Mereka mengira hanya butuh satu: harta; atau dua: harta dan