Skip to main content

Posts

Showing posts with the label bijak

Dua Milyar Seribu Rupiah

Alkisah, ada seorang kaya memiliki dua orang pekerja, sebut saja si Amir dan si Budi. Suatu hari, orang kaya tersebut memberi uang senilai dua milyar rupiah (Rp2.000.000.000,-) kepada di Amir dan memberi uang pula kepada si Budi sebesar dua milyar seribu rupiah (Rp2.000.001.000,-). Si Amir merasa iri terhadap si Budi dan tidak terima atas pemberian tersebut. Bagaimana pendapat Anda tentang sikap Amir tersebut? Pantaskah ia berlaku demikian, iri atas selisih seribu rupiah, yang bahkan untuk membayar parkir motor saja sekarang tidak cukup? Padahal ia pun telah diberi dua milyar rupiah! Cerita tersebut hanyalah pengibaratan. Alhamdulillah, kita telah diberi nikmat yang sangat besar oleh Allah, bahkan nikmat yang paling besar, tidak ada lagi nikmat yang melebihinya, karena hanya dengannya, seseorang dapat masuk surga, yakni nikmat Iman/Islam. Ibaratkan nikmat Iman/Islam ini adalah satu milyar rupiah (meskipun tidak sebanding, hanya sebuah pengiibaratan). Kita pun telah dib...

Tamu Terakhir

Senantiasa, persiapkanlah dirimu untuk menyambut kedatangan tamu terakhir. Karena ia akan tiba-tiba datang tanpa kabar. Ia datang tanpapun engkau undang. Ia pasti datang. Tamu terakhir, setelah itu tak ada lagi tamu untukmu. Tamu terakhir, ia menjemputmu untuk berangkat ke tempat yang belum pernah engkau datangi sebelumnya. Tak bisa engkau menolak ajakannya. Tak jua, sebentarpun menundanya. Persiapkanlah dirimu, pastikan engkau dalam keadaan baik. Senantiasa. #tamuterakhir | @erwinyulianto

Bukan Dunia

Kalaulah saya kaya raya, maka itu bukanlah (ukuran) kesuksesan Kalaulah saya punya kuasa, maka itu juga bukan kesuksesan Kalaulah saya tampan, istri menawan, anak-anak rupawan, itupun bukan kesuksesan Karena Sukses adalah tercapainya tujuan Karena Bukan dunia tujuan saya Bukan dunia yang saya inginkan[]

Efek Buruk Uang Tips

Mungkin sebagian orang menganggap tidak ada yang salah dengan pemberian uang tips. Sebagian yang lain bahkan mengganggap hanya orang yang pelit yang tidak memberi tips. Pertanyaannya adalah: (1) Apakah memberi uang tips itu wajib? Saya kira kita akan sepakat pada jawaban 'tidak'. Bahkan yang menganggap pelit orang yang tidak memberi tips pun sepakat bahwa memberi uang tips memang tidak wajib. (2) Berdosa/bersalahkah orang yang tidak mengerjakan sesuatu yang tidak wajib? Lagi-lagi saya yakin kita akan sepakat pada jawaban 'tidak'. Maka, orang yang tidak memberikan uang tips tidak berdosa/bersalah. (3) Layakkah orang yang tidak bersalah kehilangan sebagian haknya? Kenyataannya adalah orang yang tidak memberikan uang tips seperti yang kebanyakan orang lain berikan seringkali mendapat pelayanan yang lebih rendah dari yang lain, bahkan di bawah standar minumum pelayanan. Seandainya semua orang tidak memberikan uang tips, maka si pemberi jasa akan memberikan pelayan...

#disintegritas

gratifikasi suap intimidasi fiktif inefisiensi inkonsistensi kolusi conflict of interest manipulasi korupsi intervensi mark up nepotisme inkompeten pemborosan inefektif ketidakjelasan demotivasi

ujian kehidupan

Hidup ini seperti sekolah. Seperti sekolah, ada juga ujian dalam hidup ini. Seperti ujian, ada yang akan lulus dan ada pula yang akan gagal. Namun, tak seperti ujian sekolah yang hanya diadakan pada waktu tertentu, ujian hidup ini terus berjalan sepanjang nafas kita. Banyak orang mengira ujian hidup itu hanya berupa kekurangan; kemiskinan, ketidaksehatan (sakit), kesempitan, dsb. Padahal, kelebihan; kekayaan, kesehatan, kelapangan waktu, kekuasaan dsb pun justru ujian yang lebih banyak menipu orang; menggelincirkan, menggagalkan mereka! Karena ujian jenis ini membuat mereka kehilangan kesadaran (tidak sadar) bahwa mereka sedang diuji, bahwa ujian hidup ini berjalan sepanjang waktu. Iya. Jika jawaban untuk 'soal' kekurangan adalah sabar, jawaban untuk 'soal' kelebihan adalah syukur. Betapa banyak orang yang mampu bersabar ketika diuji dengan kekurangan. Namun, betapa banyak pula orang yang tidak bersyukur ketika diuji dengan kelebihan; dengan tidak menggunakann...

mengingat mati

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya”. [QS. Al A’raf: 34]. Tersentak hati ini ketika ahad pagi-pagi buta membaca sms yang ternyata dikirim sejak tengah malam. Dua buah sms dari dua orang rekan kerja. Isinya sama, mereka mengabarkan tentang seorang rekan kerja yang meninggal; Mas Rahmat, rekan kerja satu ruangan. Innalillahi wa 'inna ilaihi roji'un . Yang membuat hati tersentak adalah bahwa usia Mas Rahmat masih 34 tahun --sedikit lebih banyak dari separuh usia rata-rata umat Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam . Dan bahwa hari Jum'at, ia masih bekerja seperti biasa. Saya sempat melihatnya walaupun tak sempat bercakap-cakap dengannya hari itu karena ia sedang bertugas di kantor pusat, sedangkan saya hanya mampir sebentar ke sana. Namun, qodarullahu wa masya'a fa'ala , Sabtu malam, ia berpulang. Mas Rahmat, seorang yang ...

kita tidak miskin!

Pernahkah seseorang mengeluhkan hidupnya kepada Anda, bahwa dia seolah orang paling miskin sedunia? Atau mungkin Anda sendiri pernah berpikir seperti itu? Renungkanlah ini, Kawan.. Jika seseorang datang kepada Anda, menawarkan 100 juta (rupiah) untuk membeli satu biji bola mata Anda, akankah Anda menjualnya? Jika seseorang datang kepada Anda, menawarkan 100 juta untuk membeli sebelah telinga Anda, akankah Anda menjualnya? Jika seseorang datang kepada Anda, menawarkan 100 juta untuk membeli tangan kanan Anda, akankah Anda menjualnya? Jika seseorang datang kepada Anda, menawarkan 100 juta untuk membeli kaki kiri Anda, akankah Anda menjualnya? Saya yakin Anda tentu tidak akan pernah menjualnya, bukan? Bahkan dengan nominal yang lebih besar dari itu. Mari kita hitung. Anda memiliki dua mata (200 juta), dua telinga (200 juta), dua tangan (200 juta), dan dua kaki (200 juta). Dari situ saja, Anda memiliki 800 juta. Padahal masih banyak organ tubuh Anda yang lain "ya...