Skip to main content

Posts

Showing posts from 2009

Sekolah Kehidupan

Terdaftar dengan terlahir Di sini aku belajar bernapas Di sini aku belajar melihat Di sini aku belajar mendengar Di sini aku belajar merasakan Di sini aku belajar menangis Di sini aku belajar tertawa, terbahak Di sini aku belajar berdiri Di sini aku belajar berjalan Di sini aku belajar berlari Di sini aku belajar berhenti Di sini aku belajar berfikir Di sini aku tumbuh Di sini aku berkembang Di sini aku belajar mencinta dan membenci Di sini aku belajar memberi dan menerima Di sini aku belajar bertahan hidup Di sini aku menjadi tahu Di sini aku belajar dan akan terus belajar Naik kelas Dan lulus Dan mati

Tanya apa?

Ada dan tiada Jauh dan dekat Gelap dan terang Kanan dan kiri Ambil dan buang Siang dan malam Pintar dan bodoh Tawa dan tangis Malaikat dan iblis Berhenti dan jalan terus Tidur dan terjaga Manis dan pahit Kuat dan lemah Datang dan pergi Tajam dan tumpul Ikut dan tinggal Masa lalu dan masa depan Lihat dan buta Tinggi dan rendah Ramai dan sunyi Menang dan kalah Pujian dan cacian Mengerti dan tak mengerti Dengar dan tuli Hujan dan reda Naik dan turun Hitam dan putih Tanya dan jawab Waras dan gila Bumi dan langit Bicara dan membisu Jelas dan samar Tuan dan budak Jatuh dan bangkit Diam dan bergerak Peduli dan masa bodoh Hidup dan mati

I am

Saya agak lemah dalam hafalan tapi kuat dalam logika. Sangat dewasa tapi terkadang childish. Kadang jenius tapi kadang bertindak bodoh/konyol(-_-‘). Serius tapi sangat suka bercanda. Care tapi cuek dalam hal-hal tertentu. Pendiam tapi tidak kepada teman akrab/orang dekat. Lebih menikmati menangis daripada tertawa, tapi masih lebih banyak tertawa daripada menangis. Astaghfirullah. Lemah dalam hafalan. Ya, makanya sampai saat ini saya belum hafal Juz 30. Hhe, jadi malu.. (tapi tinggal dikit lagi kok, insyaAllah..). Dan tolong jangan tanya saya tentang jalan karena jenis hafalan yang saya paling tidak bisa adalah menghafal jalan. Maka dari itu, saya selalu berharap mendapati sopir taxy yang jujur, baik hati, tidak sombong, dan rajin mencuci muka. Kuat dalam logika. Karena lemah dalam hafalan, saya jadi kurang bisa mendatangkan dalil –secara otentik, persis- ketika bicara masalah agama. Saya akui itu sebuah kelemahan besar. Tapi logika saya sedikit banyak dapat menutupinya, at least bag

Apakah hidup saya mulai berantakan lagi?

Sudah lama tidak menulis di blog ini ya.. Mungkin saya terlalu sibuk. Bagus kalau saya disibukkan urusan akherat. Tapi sepertinya yang menyibukkan saya lagi-lagi dunia. Puff.. Sekarang saya tinggal di Rawamangun, Jakarta Timur. Meninggalkan Kampus STAN, Bintaro Sektor 5 yang 4 tahun sudah saya tinggal di sana. Tahukah Anda sebabnya? Kuliah lagi! Tolol. Kenapa saya malah kuliah lagi?? Saya sendiri tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan dari pertanyaan ini, selain nyengir innocent . Ikut-ikutan teman? Maybe. Ya, saya terlalu mudah ikut arus. Sejak dulu. Sekolah di TK Indria Putra II dan SD Mojo I karena kakak-kakakku semua sekolah di sana. SMP 6, karena Kakak tertuaku sekolah di sana. SMA 3, karena dua sepupuku sekolah di sana. Jurusan IPA di kelas 3 SMA, karena teman-teman juga pada pilih IPA. STAN, karena GRATIS dan DIJAMIN KERJA (yang ini lain). Jurusan Akuntansi, karena pada pilih akuntansi. BPK, karena teman-teman sekelas pada pilih BPK. Gila! Hampir sepanjang hidup saya

berani ambil keputusan, dan berani terima konsekuensinya..

Life is so simple..   Suatu hari saya mendapat nasihat sangat bagus dari seorang teman. Dan tidak ada yang lebih bagus dari sebuah pertemanan selain saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.   Beliau bilang seperti ini (kurang lebih):   “Mereka berani berbuat salah terang-terangan, kenapa antum tidak berani berbuat benar terang-terang-terangan? (dan kalimat tanya yang tidak membtutuhkan jawaban ini menyadarkan saya bahwa kiamat sudah sangat dekat -kebalik-balik gitu- ..)   Solusinya ya keluar, insyaAllah ada pekerjaan yg lebih baik di luar. Kembali ke Tauhid (dan semua permasalahan, intinya adalah Tauhid!), seberapa besar tawakkal antum kepada Allah?   Orang besar itu, kata Mario Teguh, berani ambil keputusan, dan berani terima konsekuensinya. Kebanyakan orang saat menghadapi masalah, tahu solusinya, tapi tidak berani mengambilnya atau berani mengambilnya tapi tidak siap dengan konsekuensinya.   Tapi kalau memang belum sanggup ada kaidah memilih keburukan yang lebih

Love what you do, do what you love.

Love what you do, do what you love.   Ini juga salah satu cara paling ampuh menjadi diri sendiri, especially frasa kedua tuh. Do what you love. Enak sekali bukan mengerjakan apa pun yang kita suka, melakukan apa pun yang kita mau. Enak sekali David Beckham terkenal dan menjadi kaya raya berkat hobinya bermain bola. Enak sekali Valentino Rossi kebut-kebutan tanpa takut ditilang atau dikejar-kejar polisi, malah dapet trofi lagi. Enak sekali orang kaya (atau orang yang bapaknya kaya), hobinya tersalurkan tanpa perlu memikirkan uang. Tapi kenyataan tidak selalu semanis itu, Jenderal. Kadang kita harus menerima bahwa sesuatu yang kita dapat tidak sama dengan yang kita inginkan. Pekerjaan yang kita tekuni saat ini bukan yang kita cita2kan sejak kecil. Berapa banyak anak yang bercita2 menjadi Dokter, akhirnya jadi Guru (dan lebih banyak lagi yang jadi buruh pabrik). Berapa banyak anak dengan cita2 wartawan, akhirnya jadi loper Koran. (niru2 iklan. Yo ben.) Berapa banyak anak dengan cita2

Be Myself!

Judulnya sama dengan tulisan sebelumnya?? Memangnya kenapa? Tidak boleh? Ada pasal UU yang melarangnya? So, what`s the problem?   Hehe. Peace. Just kidding. Saya pan suka becanda. Sebenernya mau dibikin “ Be Urself ”, tapi karena saya nggak yakin blog ini bakal ada yang baca selain saya sendiri, jadi saya ubah menjadi “ Be Myself ” saja.   Untuk menjadi diri sendiri, menurut saya, hal yang paling pertama *pertama kan udah paling ya? Ah, bodok.* diketahui adalah tujuan! Tujuan hidup. Apa sebenarnya tujuan hidup saya? Dan untuk pertanyaan ini, sepertinya saya sudah mempunyai jawabannya. Mati. Yah, tujuan hidup saya adalah mati. Seratus orang mungkin mempunyai seratus tujuan hidup yang berbeda. Tapi toh mereka akan mati jua. Jadi, tujuan hidup saya mati saja. Simple is better. Tapi bukan mati begitu saja yang saya maksud di sini. Saya ingin mati dalam keadaan yang baik. Mati untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Lebih indah. Surga. Surga adalah tujuan saya. Dan karena I am a mosle

Menjadi Diri Sendiri

Di sini aku. Di tempat yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya beberapa tahun yang lalu. Mendapatkan tubuh ini menjadi salah satu penghuni kota terbesar di Indonesia Raya ini. Penghuni sebuah gedung tinggi di kota yang penuh sesak dengan asap kendaraan bermotor, pengamen, dan ibu-ibu pengajian.   Enam bulan yang lalu aku magang di gedung sebelah, tiga bulan yang lalu aku terkurung di sebuah penjara bernama Pusdiklat di daerah Kalibata bersama teman-teman sesama ‘nara pidana’ lainnya, satu bulan yang lalu aku masih di tanah kelahiranku bersama keluarga tercinta, satu minggu yang lalu aku masih di ruang pojok kanan lift lantai tujuh, dan hari ini aku telah berada di ruang baru lagi, di pojok kiri lift di lantai yang sama. Masih tanpa pekerjaan yang jelas.   Perjalanan panjang dua puluh tahun sembilan bulan telah mengantarkan diri ini menuju hidup yang lebih baik di mata orang-orang. Hidup yang terjamin aman sampai hari tua kata mereka. Tapi mereka tak tahu kan apa yang ada di ben