Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2011

hasil panoramic

si gigi bungsu; sepertinya memang harus dicabut

kisah si gigi bungsu

Ternyata tak hanya anak bungsu yang terkadang bandel, gigi bungsu pun terkadang seperti itu. Cerita berawal sekitar satu setengah tahun yang lalu. Ketika itu, -kalau tidak salah ingat- bagian 'kanan belakang' gigi saya sakit, ngilu. Beberapa hari berlalu, saya biarkan saja begitu. Sampai pada saat saya hampir tidak tahan, saya putuskan untuk pertama kali pergi ke dokter gigi. Kebetulan ( Qodarullah , red), di kantor saya ada poliklinik gigi, fasilitas cuma-cuma dari instansi. Pergilah saya ke poliklinik gigi. Setelah gigi saya diperiksa -atau lebih tepatnya cuma dilihatlihat sebentar-, si dokter gigi menyarankan untuk mencabut gigi paling belakang, yang tumbuh tidak wajar, menyilang. Selain itu, tidak lupa resep ponstan - mefenamic acid atau asam mefenamat. Dasar saya, ponstan hanya beberapa kali ditelan, rekomendasi cabut gigi pun tak dihiraukan, lantaran sakit itu sudah hilang. Padahal si dokter juga sudah bilang, -kurang lebih- "mungkin nanti setelah minum obat sakit

luruskan shaf

Setidaknya ada dua hal yang hampir selalu saya notice di kebanyakan masjid dari para jamaahnya; rapat dan lurusnya shaf (barisan sholat) dan sutrah (pembatas). Betapa kaum muslimin kurang perhatian kepada, minim pengetahuan, atau bahkan sama sekali mengabaikan/meremehkan -setidaknya- dua masalah seputar shalat di masjid ini. rapat dan lurus   Rapat dan lurusnya shaf; saya kira -atau mungkin karena kebodohan dan keterbatasan pengetahuan saya- tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang hal ini, tentang pentingnya merapatkan dan meluruskan shaf. Tetapi, entah apa yang terjadi sampai kebanyakan kaum muslimin meremehkannya. Hampir di setiap masjid, ada saja shaf yang tidak rapat, tidak lurus, atau tidak rapat dan tidak lurus sekaligus. Sepengetahuan saya, ada beberapa sebab shaf yang tidak rapat dan/atau tidak lurus ini. Pertama, karena sang imam yang mempunyai kewajiban -atau setidaknya memperingatkan- merapatkan dan meluruskan shaf jamaahnya, hanya menjadikannya forma

senin

Hari Senin, bagi sebagian besar orang mungkin merupakan hari yang menyebalkan, terutama bagi pekerja dan pelajar. Setelah dua hari -atau mungin hanya satu hari-, sabtu dan minggu -atau hanya minggu saja-, 'menikmati indahnya dunia', 'menghirup udara segar', kita harus kembali bergelut dengan monitor komputer, tumpukan kertas, buku-buku tebal, dan seabre k hal yang tidak -atau kurang begitu- kita sukai. Wallahi , saya tidak hendak mencela hari . Karena kita sebagai seorang muslim, tidak diperbolehkan melakukannya. Pelajaran sebenarnya yang dapat diambil yang mungkin tersembunyi bagi kebanyakan orang adalah: hal itu menunjukkan bahwa kita tidak mencintai pekerjaan kita! -atau apa pun itu yang dimulai hari Senin. Right ? Jadi, sama sekali bukan hari Senin yang salah, camkan itu! *saya jadi ingat postingan saya di masa-masa awal di blog ini: love what you do, do what you love .* Logika sederhananya, apa yang terjadi adalah kebalikan dari apa yang saya alami saat ini. Kam

jumat

Siapa tak suka hari Jumat tunjuk tangan? Rasa-rasanya tak ada yang tak suka hari Jumat. Kenapa? Karena besok dan besoknya lagi hari libur! Salah satunya.. Saya sendiri, tentu sangat menyukai hari Jumat. Selain karena besok libur, bagi seorang muslim hari Jumat sangat lah istimewa. Ada yang belum tahu keistimewaan hari Jumat dalam Islam? Klik di sini ya. Hari Jumat di kantor saya juga terlihat berbeda dengan hari-hari yang lain. Pertama, setiba di kantor, di depan gerbang samping, terlihat begitu banyak pedagang yang berjualan bermacam-macam barang. Pager mall , pegawai-pegawai di sini menyebutnya. Semacam pasar kaget di pusat kota yang hanya ada hari minggu, meski tak seramai itu. Ada penjual pakaian anak-anak, pakaian dewasa *bukan majalah dewasa ya*, pakaian olahraga, jam tangan, ikat pinggang, alat-alat sulap, alat-alat pijat, obat-obatan herbal, perabotan sepuluh ribu tiga, koran, lontong sayur, bubur kacang ijo, bubur ayam, sampai gorengan -yang sangat renyah sampai seperti plast

mempersiapkan nama anak

menanti sang buah hati Alhamdulillah , memasuki bulan ke delapan kehamilan istri, insyaAlllah bulan depan saya akan menjadi seorang ayah. SubhanAllah , rasanya mungkin tak akan kalah menakjubkan dengan saat-saat pertama berumah tangga. Tak sabar rasanya hati ini menantikan kehadiran sang buah hati. Segala sesuatunya harus dipersiapkan sebaik-baiknya. Dan satu hal yang -setidaknya dalam anggapan saya- begitu penting adalah: mempersiapkan sebuah -atau dua buah- nama terbaik untuk ananda. Terlepas laki-laki atau perempuan anak saya nanti, saya telah mempersiapkan dua nama, nama laki-laki dan nama perempuan. Saya bukan ingin memberi bocoran nama yang saya persiapkan tersebut di sini. Saya hanya ingin sedikit berbagi, bagi Anda yang mungkin juga sedang bersiap menerima sebuah anugerah indah dari Allahu Ta`ala . Diambil dari rumaysho.com , berikut hasil kutipan saya: Nama-nama Terbaik 1. Abdullah atau Abdurrahman.   "Sesungguhnya nama kalian yang paling dicintai di sisi Allah a

radio vs televisi

Waktu kecil -bahkan sampai SMA-, saya bisa dibilang sangat akrab dengan kotak elektronik bernama televisi. Waktu kecil saya memang agak kuper, sedikit teman -bahkan mungkin sampai sekarang ya[?]-, dan salah satu teman saya yang paling dekat justru makhluk tak bernyawa, televisi. Jika sedang di rumah dan tidak ada kegiatan apa-apa, pelarian saya adalah televisi, entah siang, sore, ataupun malam hari. Saya kira saya tidak sendirian dalam masalah ini, teman-teman mungkin juga seperti itu. Bahkan, anak-anak hari ini pun mungkin masih seperti itu, bahkan lebih parah. Belum lagi hari ini televisi telah mengajak teman-temannya bergabung; internet, game, dan lainnya. Hari minggu, satu-satunya hari libur waktu itu, dua tontonan wajib saya adalah Doraemon dan Dragon Ball. Saya masih ingat, Doraemon diputar pukul 08.00 oleh RCTI, dan Dragon Ball menyusul pukul 08.30 di Indosiar. Baru belakangan ini saya tersadar, bahwa dua film tersebut bermuatan kesyirikan, disengaja ataupun tidak. Setiap kali

sabtu ahad

-hampir- Satu pekan berjalan sejak saya "memulangkan" istri yang ingin lahiran di kampung. Alhamdulillah , tak lagi seperti dulu. Kali ini, saya telah dengan mudah dan segera beradaptasi. Kali ini, saya lebih tegar. Tidak cengeng. Tidak lagi seperti anak ayam kehilangan induknya. Laa haula wa la quwwata ila billah.   "Jika engkau mencintai makhluk, ketahuilah tak selamanya engkau mendapatinya di sisimu. Namun, jika engkau mencintai Allah, sesungguhnya Dia selalu ada." Menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat, dan tetap bergaul dengan orang-orang baik adalah penawar yang mujarab, obat yang ampuh untuk mengusir kesendirian yang menghancurkan. Banyak hal positif yang dapat dilakukan, dan banyak teman yang baik di luar sana, insyaAllahu Ta`ala. Seperti sabtu ahad ini, bahkan list rencana yang hendak saya lakukan tak sepenuhnya terlaksana. 1. Cukur rambut, 2. Bekam, 3. Bersih-bersih kontrakan, 4. Beli kado untuk teman yang hendak menikah, 5. Beli 'isi lemari

bujang lokal 2

Kali ini, karena istri sudah hamil besar, sudah lebih dari tujuh bulan; karena rencana mau lahiran di sana di Solo, saya antar dia pulang, sabtu pagi, 2 April 2011. Pagi ini, saya telah kembali hadir di Jakarta, kembali bekerja. Hari ini saya akan mulai menjalani hari-hari di sini, sendiri, tanpa istri di sisi. Tapi, insyaAllah , saya akan balik ke Solo dua pekan sekali. Pernah, pernah seperti ini. Rasanya sepi sekali, makan tidak enak, tidur pun tidak nyenyak. Hanya harus tetap dijalani. Pengalaman membujang lokal tempo hari harus lah dijadikan pelajaran. Satu hal yang mungkin harus saya lakukan: berhenti mendramatisasi -atau mendramatisir- masalah. Karena alih-alih menyelesaikan masalah, itu malah akan membuat masalah semakin tampak parah -hanya tampak. Membuat kesedihan bertambah, sepi menjadi-jadi. Namun, bukan berarti kita lalu melupakan orang-orang yang kita cintai di sana. Tetap ingat, hanya saja jangan terlalu dipikirkan masalah keterpisahan jarak dan waktu ini.

auditornya auditor

audit *Baiklah, akan saya jelaskan, -kenapa saya sedikit menulis beberapa pekan terakhir ini-, walaupun sebenarnya tidak perlu -dan tidak penting- penjelasan. Sudah tiga pekan ini, kami -saya bersama enam rekan kerja lainnya yang tergabung dalam satu tim-, menjalankan tugas reviu sistem pengendalian mutu (SPM) kinerja pemeriksaan di auditorat -tepatnya di AKN VII-. Apa itu reviu, apa itu pemeriksaan, dan apa itu auditorat? Baiklah, kita bahas satu per satu. Kita mulai dari 'pemeriksaan' saja. Entah apa yang terjadi dengan kantor saya. Atau, entah apa yang terjadi dengan Undang-undang di negara kita. Padahal kata 'audit' jelas-jelas ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang berarti telah diserap ke dalam Bahasa Indonesia, tetapi peraturan-peraturan itu sampai hari ini masih menggunakan kata 'pemeriksaan', bukan kata 'audit' yang lebih jelas dan spesifik. Menurut Undang-undang ybs: Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis,