Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2011

guest

Mungkin karena ada rencana menerapkan e-audit , kantor ini sedikit demi sedikit mulai berbenah. Ya, e-audit , audit berbasis elektronik. Entah bagaimana detail konsepnya, yang jelas setahu saya, e-audit haruslah didukung oleh jaringan  -entah berbasis internet atau apa- yang kuat. Awalnya saya juga agak meragukannya. Koneksi internet di kantor saja lemot dan terkadang malah -sering- error , bagaimana mau menerapkan e-audit [?]. Sudah tiga hari ini, di laptop -pinjaman kantor- saya, muncul wireless network berjudul Guest -dan yang penting bisa diakses-, entah karena saya baru sadar, atau mungkin memang baru saja ada. Walhasil , saya pun jadi tak perlu beranjak dari tempat duduk menghampiri komputer kantor jadoel berdebu di sudut ruang kerja saya untuk sekadar meng-akses internet. Modem? *Hhe.* Saya tidak punya modem. Bukannya tidak mampu beli *jiah*, bukan pula tidak mampu bayar tagihannya, tetapi karena saya tidak ingin kejadiannya seperti ini -seperti beberapa hari ini.

pajak

Hari ini, ada sosialisasi pengisian SPT Tahun 2010 di kantor saya. Saya tidak ikut, nitip aja . Masa bodoh salah atau bener ngisinya. *Hhe. Salah satu yang bikin malas hidup di negeri ini adalah pajak. Hampir-hampir tidak ada yang luput dari pajak, PPN [?] Negeri ini kaya! Seandainya sedikit pintar saja mengelolanya, tak perlu ada pajak segala. Menyusahkan rakyat jelata. Sudah begitu, sepertinya pajak juga kurang -atau bahkan tidak sama sekali- berhasil menyelesaikan masalah negeri ini, memeratakan pendapatan, menyejahterakan yang belum sejahtera. Mana [?] Lihatlah Arab Saudi, tidak ada pajak  di sana, tetapi sekolah gratis bahkan beasiswa diberikan kepada warga negara asing untuk menimba ilmu di sana secara cuma-cuma, dapat uang saku pula. Kekayaan alam Arab bisa dikatakan hanya minyak, bandingkan dengan negeri ini yang juga punya minyak, masih punya emas, batu bara, tanah subur, laut melimpah, dan beragam kekayaan alam lainnya. dan Indonesia masih butuh pajak untuk sekadar 'hi

catatan untuk demonstran

Sedih melihat keadaan Mesir dan negara-negara Timur Tengah saat ini. Gelombang syubhat Demokrasi  tengah melanda. Demonstrasi terjadi dimana-mana. Darah tumpah ruah. Di negeri kita pun, hampir-hampir tiada hari tanpa demonstrasi. Berbagai macam alasan menjadi pembenar untuk turun ke jalan. Seandainya saja mereka bersabar dan berpikir ulang. Allahu Ta`ala berfirman: “Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” [QS. Thaahaa: 43-44]. Di dalam ayat yang mulia ini terdapat pelajaran yang sangat besar dalam berda’wah/menyampaikan nasihat kepada penguasa yang zhalim. Fir’aun ketika itu adalah seorang yang sangat melampaui batas, sombong bahkan mengaku dirinya sebagai tuhan! Sedangkan Musa adalah seorang Nabi yang besar dan mulia di sisi Allah bersama saudaranya Harun. Meskipun demikian Allah tetap memerintahkan kepada Musa dan Harun untuk berbica

sedang agak sibuk

Ceritanya berawal dari tulisan finally, non skripsi tempo hari. Seminar akuntansi keuangan, mata kuliah yang harus saya ambil sebagai ganti skripsi, mengharuskan saya menyusun sebuah paper minimal 25 halaman untuk kemudian dipresentasikan di depan kelas. Setelah membaca-baca beberapa buku Teori Akuntansi, saya tertarik –atau sangat tertarik- untuk mengambil rekayasa laba sebagai topik untuk paper saya, rencananya. Lalu, bergerilya lah saya mencari bahan untuk topik tersebut. Facebook saya yang sudah lama tak saya kunjungi *sampai penuh sarang laba-laba* ternyata masih berguna –selain untuk menge- link kan blog ini ke “pasar”-. Saya posting status saja di facebook , kurang lebih “ada yang punya artikel tentang rekayasa laba?”. Efektif! Walaupun hanya satu teman yang comment *hiks*, tetapi cukup berguna -atau sangat berguna-. Dia –Toufan Sougi Saputra- merekomendasikan kepada saya sebuah judul buku yang sesuai dengan topik tersebut, The Financ

fitnah

Salah satu teknik pengembangan kosakata dalam sebuah bahasa adalah dengan menyerap kosakata dari bahasa asing. Salah satu bahasa yang kosakatanya paling banyak diserap dalam bahasa Indonesia adalah Bahasa Arab. Iman, ilmu, ibadah, amal, malaikat, nabi, taat, kitab, sedekah, masjid, nasihat, dewan, majelis, wakil, musyawarah, rakyat, adil, hukum, hakim, senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, ahad, kursi, hewan, mati, kubur, akhirat, dan fitnah hanyalah sebagian kecil kata dalam bahasa Indonesia hasil serapan dari bahasa Arab yang saya ketahui. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fitnah didefinisikan sebagai perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang. Entah dari mana datangnya definisi tersebut. Yang jelas kata “fitnah” termasuk kata dalam bahasa Indonesia ini diserap dari Bahasa Arab yang mengalami pergeseran makna dari bahasa aslinya. Secara bahasa (Arab), fitnah yang berasal dari kata dasar fatana berarti ujian.

sebuah catatan seorang budak Allah

Ya, saya memilih menjadi budak Allah, tidak ingin menjadi budak hawa nafsu, tidak ingin pula menjadi budak akal! Sesungguhnya, setan memiliki dua jalan untuk menyesatkan manusia. Fitnah syahwat dan fitnah syubhat. Membunuh, berzina, minum khamr adalah fitnah syahwat. Syiah, Khawarij, Murjiah, Jahmiyah, Qodariyah, Jabariyah, Sufi, Tasawuf, Filsafat, Demokrasi, HAM, Emansipasi Wanita, Persamaan Gender, Kebebasan Pers, Liberalisme, Komunisme adalah fitnah syubhat. Fitnah syahwat tentang baik-buruk, fitnah syubhat tentang benar-salah. Kebanyakan penderita fitnah syahwat sadar bahwa dirinya berada dalam keburukan, kebanyakan penderita fitnah syubhat tidak sadar bahwa dirinya berada dalam kesalahan. Dan ini jauh lebih berbahaya. Fitnah syahwat menyerang hawa nafsu, fitnah syubhat menyerang akal. Fitnah syahwat melahirkan maksiat, fitnah syubhat melahirkan bid`ah (baik amal atau aqidah-keyakinan/pemahaman-). Fitnah syahwat dilawan dengan sabar, fi

valentine-an atau maulid-an?

Sesungguhnya fitnah itu ada dua, fitnah syahwat -yang kebanyakan orang mengetahui dengan jelas keburukannya- dan fitnah syubhat -yang samar bagi sebagian orang bahwa itu adalah keburukan. Setan menyerang orang yang cenderung kepada kemaksiatan dengan fitnah syahwat, dan setan -tidak kurang akal- menyerang pula orang yang cenderung kepada ibadah -namun tidak dengan berdasarkan ilmu- dengan fitnah syubhat. Hari ini, fitnah syahwat dan fitnah syubhat telah menyebar bak jamur di musim penghujan. Hampir-hampir tidak ada yang selamat kecuali orang-orang yang dirahmati Allah -semoga kita termasuk di dalamnya. Seperti yang akan kita lihat beberapa hari ke depan, antara valentine-an dan maulid-an . Dua hal -yang menurut saya- mewakili dua fitnah tersebut. Semoga Allah menjaga kita dari dua fitnah. Amin.

belajar dari sakit

Alhamdulillah , influenza saya sudah agak mereda. –semacam- Kutil di pergelangan tangan kiri juga sudah hampir sembuh. Jerawat –atau bisul- di jidat juga udah kempes. Larutan darah bercampur ludah juga sudah jarang keluar sekarang. *penyakitan banget ya, saya?* O ya, hikmah ketiga yang bisa diambil dari sakit yang belum tersebutkan kemarin adalah –seharusnya- kita jadi lebih dapat mensyukuri nikmat kesehatan, satu dari dua nikmat –selain nikmat kesempatan- yang sering terlupakan. -biasanya- Kita baru menyadari betapa berharganya sesuatu justru ketika kita kehilangan sesuatu tersebut –entah untuk sementara ataupun untuk selamanya. Sama seperti kesehatan, -biasanya- ketika sehat, kita melakukan hal-hal yang kurang bahkan tidak berguna –bahkan bermaksiat. Baru ketika sakit, -biasanya- kita berangan-angan akan memulai ini, melakukan ini, membereskan itu, dsb setelah nanti sehat kembali. Padahal ini, itu, dsb nya tsb seharusnya sudah bisa kita lakukan d

erwin belajar Bahasa Inggris

Tempo hari saya sampaikan bahwa salah satu keinginan duniawi saya saat ini adalah pandai berbahasa Inggris. Saya harus akui, saya memang tidak –atau kurang, atau belum- pandai berbahasa Inggris. Masih jauh dari menguasai. Baik dalam reading, writing, speaking, atau pun listening . Terlebih dua –atau tiga- yang disebut terakhir. *jangan tertawa, apalagi dalam Bahasa Inggris*. Entah, padahal nilai pelajaran Bahasa Inggris saya sejak kelas 1 SMP sampai terakhir waktu kuliah di STAN lumayan bagus. Mungkin karena jarang dipraktekkan, apalagi saya tidak suka menonton film, apalagi mendengarkan musik . Mungkin juga karena metode pengajaran terutama dalam mata pelajaran bahasa kita yang perlu diperbaiki, harus lebih mengedepankan praktek –terutama speaking dan listening - daripada teori, karena bahasa untuk dipraktekkan, bukan sekadar dipahami. Kenapa saya pengen pandai berbahasa Inggris? Sebenarnya kata yang lebih tepat mungkin terpaksa pengen . Saya jadi ingat kata salah satu guru saya

finally, nonskripsi

Susah ditebak. Begitulah saya, mungkin. Makanya waktu kecil saya jago maen petak umpet. *Hhe* Tapi ini ga ada hubungnnya dengan petak umpet. Tapi tentang kuliah saya. Akhirnya, setelah perjuangan panjang nan melelahkan selama beberapa semester ini, sampailah saya di ujung perkuliahan di STIE Indonesia, the last semester , insyaAllah . Melelahkan karena saya melaluinya sambil bekerja; kerja sambil kuliah. Bahkan mulai semester ketiga, saya musti melaluinya sambil bekerja dan berumah-tangga; kerja kuliah nikah *KKN, begitu saya menyebutnya*. Alhamdulillah saya dapat melaluinya dengan cukup baik – at least tidak ada satu pun mata kuliah yang harus diulang-. Dan alhamdulilah , hari ini semester terakhir saya akan dimulai, insyaAllah . Semester terakhir ini sebenarnya saya tidak perlu repot-repot tiap pekan dua kali mengunjungi kampus, cukup bertemu beberapa kali dengan dosen pembimbing dan ke kampus untuk sidang skripsi, seandainya saya memilih jalu

flu dan paspampres

Hari ketiga, masih flu. Qodarullah , padahal hari jumat sore kemarin hanya kehujanan sedikit saja, langsung flu, dan masih –sedikit- sampai hari ini. Saya memang kurang suka periksa ke dokter. Kalaupun ke dokter, biasanya saya akan geletakkan saja obat yang diberikan, tidak saya minum. Saya lebih suka minum madu dan habbatussauda ’. Alhamdulillah . Di balik setiap takdirNya, pasti lah ada hikmah. Terkadang kita saja yang terlalu picik sampai tidak bisa menemuukan hikmah-hikmah tersebut. Jika dipikirkan betul-betul dengan bijak, seharusnya o rang yang sedang sakit itu justru bersyukur . Pertama, kita seharusnya menjadi ingat bahwa manusia itu makhluk yang lemah. Demi Allah, benar-benar lemah. Bayangkan saja, hanya karena makhluk sekecil nyamuk saja, jutaan manusia bisa binasa. Ah, nyamuk masih terlalu besar. Bahkan dengan sebab yang lebih kecil dari nyamuk; virus, bakteri, manusia dibuat tak berdaya. Masih adakah celah untuk kita berbangga-bangga? Ked

lebih baik tidak tahu?

Sebagian orang –muslim- malas atau bahkan sama sekali tidak mau menuntut ilmu agama karena takut akan konsekuensinya –untuk mengamalkan ilmu yang telah didapatnya-. “Dari pada tahu, tapi tidak melaksanakannya, lebih baik tidak tahu sekalian.” Begitu kurang lebih kata mereka. “Bukankah orang yang berdosa tidak akan diadzab karena ketidaktahuan, karena kelupaan, atau karena keterpaksaan?” Begitu lanjutannya. Di rumah kami –atau kontrakan kami-, tidak ada TV, yang ada adalah seperangkat radio kesayangan yang setiap hari kami gunakan untuk mendengarkan kajian-kajian Radio Rodja 756 AM . Dan kemarin, kami mendapatkan jawaban yang sangat memuaskan dari logika asal-asalan di atas pada sebuah kajian yang disampaikan oleh Ustadz Muhammad Nuzul. Bukan hanya satu jawaban, bahkan Ustadz memberikan jawaban berlapis tiga. Jawaban pertama, bahwa setiap muslim atau muslimah yang tidak mau menuntut ilmu agama berdosa akibat ketidakmauaannya tersebut karena tidak m

pulang tepat waktu

Beberapa hari ini, di kantor saya beredar isu bahwa toleransi absensi 15 menit akan dihapus. *sepertinya saya harus jelaskan dulu*. Sejak saya magang di kantor ini dua tahun yang lalu, keadaannya sudah seperti ini. Tiap pagi setiba di kantor dan sore hari ketika hendak pulang kantor, para pegawai harus mengunjungi kotak-kotak mesin absensi elektronik (finger print) yang terletak di lobby-lobby tiap gedung untuk mencolokkan jarinya ke mesin tersebut (absen, red). Jam kerja sesuai peraturan adalah mulai pukul 07.30 s.d. 17.00. Namun, *sekali lagi, keadaannya sudah seperti ini sejak saya datang* ada sebuah kebijakan tak tertulis bahwa para pegawai mendapat toleransi 15 menit untuk absensi pagi dan sore. Jadi, pegawai yang absen pagi pukul 07:44:59 masih terhitung hadir tepat waktu (tidak terlambat), dan pegawai yang absen sore pukul 16:45:01 masih terhitung pulang pada waktunya (tidak pulang lebih awal). *ini rahasia! ingat, rahasia!* *copy paste* Nah, beberapa hari ini, di kantor saya

erwin belajar berenang

Memenuhi janji saya, SATU HARI SATU TULISAN . Tapi seandainya saya tidak membawa laptop pinjaman dari kantor ini ke rumah, mungkin saya tidak menulis dulu di sini. *iya, iya. betul, laptop pinjaman!* Mungkin saya akan menggantinya dengan menulis buku diary di rumah saja. Ya, saya atau kami –saya dan istri saya- memiliki sebuah buku yang kami gunakan untuk menuliskan kesan pesan dan uneg-uneg kami dalam berumah tangga. Karena terkadang sesuatu lebih mudah ditulis daripada diucapkan. Selain itu, ada dokumentasi, bukti otentik, dan kenangan yang mungkin bisa kami tertawai di lain hari ketika membacanya kembali. Hari ini, saya mau bicara –atau menulis- tentang cita-cita duniawi yang saya kemukakan tempo hari : pandai berenang, atau paling tidak, bisa berenang *hhe, jadi malu*. Ya, dengan terpaksa harus saya sampaikan kenyataan pahit ini. Bahwa sampai hari ini saya ga bisa berenang *diam!*. Pertama kali saya menceburkan diri ke kolam renang adala

erwin belajar menulis

Sejak pertama kali duduk di bangku TK, tentu saya sudah mulai belajar menulis. Tapi kenapa sampai segedhe gambreng gini saya masih harus belajar menulis? Jawabannya adalah, karena blog saya berantakan! Apa hubungannya? Ya, sejak pertama kali di- release *jiah, bahasanya* sekitar dua tahun yang lalu, blog saya, estehmanishangatnggakpakegula tidak menunjukkan perkembangan yang menggembirakan *nangis*. Begitu-begitu saja. Monoton. Konsep tidak jelas. Gaya bahasa tidak konsisten. Tema tidak menarik. Sepi pengunjung --walaupun memang tujuan awalnya bukan ini, tapi ini menunjukkan sejauh mana kualitas -terutama tulisan di dalamnya- sebuah blog--. Pokoknya kurang memuaskan. Alasan kedua adalah karena saya telah terhasut artikel-artikel tentang tips-tips dan motivasi menulis di menulisonline.com . Semangat menulis saya kembali bergelora *jiah*. Pesan yang dapat saya tangkap dari artikel-artikel di website tersebut adalah JUST WRITE! Menulis saja! Ga usah banyak omong, ga usah banyak mik

matikan rokok Anda atau Anda dimatikan rokok!

lebih pintar mana, perokok atau tikus? peti mati untuk para perokok matikan rokok atau Anda dimatikan rokok! flush it! dor!! ranjang khusus perokok paru-paru perokok