Skip to main content

I am

Saya agak lemah dalam hafalan tapi kuat dalam logika. Sangat dewasa tapi terkadang childish. Kadang jenius tapi kadang bertindak bodoh/konyol(-_-‘). Serius tapi sangat suka bercanda. Care tapi cuek dalam hal-hal tertentu. Pendiam tapi tidak kepada teman akrab/orang dekat. Lebih menikmati menangis daripada tertawa, tapi masih lebih banyak tertawa daripada menangis. Astaghfirullah.

Lemah dalam hafalan. Ya, makanya sampai saat ini saya belum hafal Juz 30. Hhe, jadi malu.. (tapi tinggal dikit lagi kok, insyaAllah..). Dan tolong jangan tanya saya tentang jalan karena jenis hafalan yang saya paling tidak bisa adalah menghafal jalan. Maka dari itu, saya selalu berharap mendapati sopir taxy yang jujur, baik hati, tidak sombong, dan rajin mencuci muka.

Kuat dalam logika. Karena lemah dalam hafalan, saya jadi kurang bisa mendatangkan dalil –secara otentik, persis- ketika bicara masalah agama. Saya akui itu sebuah kelemahan besar. Tapi logika saya sedikit banyak dapat menutupinya, at least bagi diri saya sendiri. Misalnya seperti ini, dalam matematika, semua bilangan jika dibagi ~ (tak terhingga) akan sama dengan nol. Jika dikaitkan dengan kehidupan di dunia dan kehidupan di akherat, berapa pun usia kita sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan lamanya hidup di akherat. Contoh 65 tahun : ~ = 0, tak ada artinya. Atau mau dikalikan 365 hari? Oke. (65x365 hari)* : ~ = 0, sama saja, tak ada artinya. Mau dikali lagi dengan 24 jam? Dikali 60 menit? Dikali lagi 60 detik? Sama saja, Gembel! Atau umurnya diganti 1 abad? Pufh.. Jadi, hanya orang yang tidak tahu matematika saja yang lebih mementingkan dunianya daripada akherat. Logika tersebut [semua bilangan jika dibagi ~ (tak terhingga) akan sama dengan nol] juga dapat digunakan dalam melihat perbandingan makhluk dengan Sang Pencipta, kita dengan Allahu Ta`ala. Berapa pun hebatmu, Saudara, misalkan ada ukuran angka untuk kehebatan, kekuatan, dll jika dibandingkan dengan Maha Besar Allah yang ~, akan sama dengan 0, tak ada apa-apanya.

Sangat dewasa, tapi kadang kekanak-kanakan. Hmm, sangat dewasa, tapi kadang kekanak-kanakan. Ya seperti itu saja. Sangat dewasa, tapi kadang kekanak-kanakan. Maaf, tidak ada penjelasan lebih lanjut. v^^

Kadang jenius. Percaya atau tidak? Saya ini malas belajar (terutama terkait masalah akademik), tapi kok –bukan bermaksud sombong, hanya sedikit narsis, alah- saya termasuk “anak pintar” =). Sejak SD sampai SMA kelas 1, tidak pernah keluar dari rangking 3 besar kelas. Mulai kelas 2 SMA, gara-gara minder saja di tengah orang-orang Tionghoa di sebuah kelas unggulan di SMA unggulan di Solo. Hhe. Tapi masih masuk 10 besar, Alhamdulillah. IP saat kuliah berkisar 3,53; 3,57; dst.. Tapi, IPK terakhir di STAN 3,48. Lumayan lah yaw? Yah, karena IPK 3,5 ke atas harus ke departemen Keuangan, makanya saya segitu saja biar bisa mangkir ke BPK. Kick3x. -ngeles- Yang terakhir kemaren pas diklat, mendapat nilai paling tinggi pula, padahal saya belajarnya biasa-biasa saja.

Kadang bodoh. Pelupa atau lebih tepatnya pikun, telmi –telat mikir-, lugu –lucu-lucu guoblog-, plin-plan, dan sejumlah sifat bodoh lainnya telah lama mengeram di tubuh saya dan mungkin sudah beranak pinak. Salah satu hobi saya pada tahun pertama kuliah di STAN adalah “meledakkan teko pemanas air milik teman-teman kos saya”, pernah karena colokannya lupa dicabut, pernah karena keliru mencolokkan colokan teko pemanas air tsb padahal hendak menghidupkan kipas angin, dsb. Hobi yang lain adalah menghilangkan kunci kamar. Entah sudah berapa kunci kamar yang telah saya hilangkan dengan sukses. Dan orang yang paling berjasa bagi perkembangan hobi saya yang satu ini, adalah Babe (bapak kos), yang dengan sukarela dan pasrah menghancurkan gembok-gembok yang kuncinya menjadi tumbal kegemaran saya ini.

Serius. Beneran. Saya anaknya serius lho. Susah jelasinnya yang ini.

Suka bercanda. Yang ini juga susah dijelaskan. Jadilah teman dekat saya, dan lihatlah betapa saya sangat suka bercanda. =D

Care. Ya, saya peduli pada hidup saya. Saya peduli pada orang-orang terdekat saya, keluarga saya. Saya peduli pada Saudara seiman. Saya peduli pada kelangsungan hidup di planet ini –halah-. Dan banyak hal yang saya pedulikan, saya pikirkan. Tapi tak perlu memilih saya menjadi presiden.

Tapi saya tidak terlalu peduli terhadap penampilan saya. Mungkin ini buruk ya? Hhe. Saya tidak peduli terhadap pandangan orang lain kepada saya. Saya tidak peduli terhadap orang yang tidak peduli pada dirinya sendiri. Menghabiskan tenaga saja memikirkan orang-orang seperti itu.

Pendiam. Ssst…

Lebih menikmati menangis daripada tertawa. Terdengar melankolis sekali ya? Tapi itulah yang saya rasakan.
Tapi masih lebih banyak tertawa daripada menangis. Huahahaha.. Astaghfirullah. Astaghfirullah.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Bikin Daftar Isi Otomatis di Ms Word

Capek dong, yah? Tiap kali atasan ngerevisi konsep laporan, kamu harus neliti lagi halaman demi halaman buat nyocokin nomor halaman ke daftar isi? Mending-mending kalau atasan kamu (yang ngrevisi) cuma satu, kalau ada lima belas?! Sebenernya kalau kamu pinter dikit , suruh aja junior kamu yang ngerjain bikin aja daftar isinya belakangan pas laporan udah final. Tapi karena kamu maunya pinter banyak , bikin aja daftar isi otomatis! Kayak gimana tuh, yuk kita bahas. Bagi yang belum tahu, semoga berguna. Bagi yang udah tahu, ngapain kamu masih di sini? Pergi sana! Aku tidak mau melihat mukamu lagi! Enyahlah!! #becanda, *sinetron banget ya* Sebelumnya, karena saya memakai Ms Office 2010, maka saya akan jelaskan berdasarkan versi tersebut. Apa? Kamu pakai Ms Office 2007? Ga masalah, mirip-mirip kok. Apa? Kamu masih pakai Ms Office 2003? Plis deh, itu udah sewindu lebih. Apa? Ms Office kamu bajakan? Itu urusan kamu! Apa? Ms Office kamu versi 2003 dan bajakan? Wuargh!! Apa? kamu belum

kaki kanan dan kaki kiri

Minggu pagi yang cerah, kaki kanan dan kaki kiri sedang bersepeda bersama waktu itu. Setelah keduanya hampir lelah mengayuh dan memutuskan untuk kembali pulang, mereka menyempatkan diri sekadar membeli makan pagi, alias sarapan dalam bahasa manusia. Mampirlah mereka membeli ketupat sayur di pinggir jalan, dibungkus, pakai telor. Masukkan ke keranjang sepeda di bagian depan; cukup satu bungkus yang akan mereka makan bersama; memang rukun sekali mereka berdua. Dari situ, kedua kaki itu benar-benar hendak pulang. Tapi tunggu dulu, mereka tiba-tiba ingat sesuatu. Persediaan uang di dompet tuannya menipis. Kebetulan – qodarullah, red - di seberang jalan sana ada ATM * Automatic Teller Machine , bukan Anjungan Tunai Mandiri. Mereka kayuh kembali sepedanya ke ATM yang masih satu komplek dengan Apotik Rini itu. Apotik –yang entah kenapa- paling laris dari beberapa apotik yang ber- jejer di sepanjang Jalan Balai Pustaka. Sampailah sepasang kaki itu di tempat tersebut. Ramai-ramai; rupanya se

adverse vs disclaimer

Opini auditor mana yang lebih baik, atau lebih tepatnya mana yang lebih buruk: adverse (tidak wajar) atau disclaimer (tidak menyatakan pendapat). Terkadang --atau bahkan selalu-- ada perbedaan pendapat dalam sebuah disiplin ilmu; tetapi tidak selalu didapatkan kata sepakat. Tidak berbeda juga dalam akuntansi dan audit, para 'ahli' berbeda pendapat tentang apakah opini adverse lebih 'baik' dari opini disclaimer atau sebaliknya. Sebelum 'menentukan' jawabannya, ada baiknya kita baca kembali penjelasan masing-masing opini. Pendapat Tidak Wajar/TW ( adverse opinion ) adalah opini yang menyatakan bahwa Laporan Keuangan (LK) tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan sesuai dengan standar akuntansi. Opini ini diberikan karena auditor meyakini, berdasar bukti-bukti yang dikumpulkannya, bahwa laporan keuangan mengandung banyak sekali kesalahan atau kekeliruan yang material. Artinya, laporan keuangan tidak menggambarkan kondisi keuangan secara