Life is so simple..
Suatu hari saya mendapat nasihat sangat bagus dari seorang teman. Dan tidak ada yang lebih bagus dari sebuah pertemanan selain saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Beliau bilang seperti ini (kurang lebih):
“Mereka berani berbuat salah terang-terangan, kenapa antum tidak berani berbuat benar terang-terang-terangan? (dan kalimat tanya yang tidak membtutuhkan jawaban ini menyadarkan saya bahwa kiamat sudah sangat dekat -kebalik-balik gitu- ..)
Solusinya ya keluar, insyaAllah ada pekerjaan yg lebih baik di luar. Kembali ke Tauhid (dan semua permasalahan, intinya adalah Tauhid!), seberapa besar tawakkal antum kepada Allah?
Orang besar itu, kata Mario Teguh, berani ambil keputusan, dan berani terima konsekuensinya. Kebanyakan orang saat menghadapi masalah, tahu solusinya, tapi tidak berani mengambilnya atau berani mengambilnya tapi tidak siap dengan konsekuensinya.
Tapi kalau memang belum sanggup ada kaidah memilih keburukan yang lebih kecil dari beberapa keburukan, ya terima keadaan seperti itu, bertobat kepada Allah, kembalikan yang bukan hak kita. Tolak kalau berani, atau kalau tidak berani kembalikan ke kas Negara. Yang jelas, jangan membenarkan yang salah, tapi akui itu salah, lalu mohon ampun kepada Allah.
Hadits tentang seorang safar, dengan baju lusuh berdoa kepada Allah, berkumpul tiga keutamaan pada dirinya, tapi doanya tertolak karena makanan yg ia makan dari yg haram, pakaian yg ia kenakan dari yg haram. Maka, jaga betul-betul harta kita..
Yang jelas, jangan lepas ngaji. Pelihara hubungan dengan teman semanhaj, saling menasehati. Antum mau pindah kos deket kantor, ga ngaji lagi, hancur antum! Karena kebanyakan jam kita habiskan di kantor, otomatis kita lebih terwarnai kantor, kalau ga ngaji. Hancur. Lalu, cari istri akhwat salaf, jangan sembarangan.
Baca kisah-kisah orang sholih, para sahabat yang kita jauuuh sekali dengan mereka. Umar, menjadi khalifah (pejabat) hanya dua setengah tahun dan mati terbunuh. Siap ga kita seperti mereka?”
Saya sudah tidak peduli lagi, blog ini mau jadi blog apa..
Oya, bagi Bapak-papak Ibu-ibu yang mungkin membaca tulisan ini (tetep optimis kalau suatu saat blog ini ada yang baca selain saya sendiri) dan tersinggung, saya sama sekali bukan mau minta maaf. Terserah mau dibilang apa saya.
Catatan saya:
Yang paling saya notice dari nasihat tsb adalah bahwa hidup ini sebenarnya sangat sederhana sekali. Kita hanya perlu mengambil keputusan yang sesuai dengan hati nurani kita, sesuai dengan kebenaran yang datang dari Allah dan RosulNya. Lalu, kita terima akibat apa pun dari keputusan tersebut. Tanpa perlu khawatir. Tanpa perlu takut. Tanpa ragu-ragu. Masa iya, kita Allah menyia-nyiakan umatNya karena menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya? Pemberi Rizki nya siapa, Bos? Masa iya kita takut miskin, takut kelaparan sebentar sedang surga terbentang (insyaAllah) menanti di hadapan kita?
Yes. Life is so simple..
Menjadi diri sendiri adalah mengambil keputusan sesuai nurani kita dan menerma konsekuensi dari keputusan itu. Membuka topeng dan berjalan tegak..
Tapi, sekali lagi realita tak semudah teori, Jenderal.
Dan tahukah kamu? Ada fitnah (godaan) yang lebih dahsyat dari fitnah harta? padahal fitnah harta saja saya masih kurang yakin mampu menghadapinya..
Dan perjalanan ini masih akan berlanjut..
Suatu hari saya mendapat nasihat sangat bagus dari seorang teman. Dan tidak ada yang lebih bagus dari sebuah pertemanan selain saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Beliau bilang seperti ini (kurang lebih):
“Mereka berani berbuat salah terang-terangan, kenapa antum tidak berani berbuat benar terang-terang-terangan? (dan kalimat tanya yang tidak membtutuhkan jawaban ini menyadarkan saya bahwa kiamat sudah sangat dekat -kebalik-balik gitu- ..)
Solusinya ya keluar, insyaAllah ada pekerjaan yg lebih baik di luar. Kembali ke Tauhid (dan semua permasalahan, intinya adalah Tauhid!), seberapa besar tawakkal antum kepada Allah?
Orang besar itu, kata Mario Teguh, berani ambil keputusan, dan berani terima konsekuensinya. Kebanyakan orang saat menghadapi masalah, tahu solusinya, tapi tidak berani mengambilnya atau berani mengambilnya tapi tidak siap dengan konsekuensinya.
Tapi kalau memang belum sanggup ada kaidah memilih keburukan yang lebih kecil dari beberapa keburukan, ya terima keadaan seperti itu, bertobat kepada Allah, kembalikan yang bukan hak kita. Tolak kalau berani, atau kalau tidak berani kembalikan ke kas Negara. Yang jelas, jangan membenarkan yang salah, tapi akui itu salah, lalu mohon ampun kepada Allah.
Hadits tentang seorang safar, dengan baju lusuh berdoa kepada Allah, berkumpul tiga keutamaan pada dirinya, tapi doanya tertolak karena makanan yg ia makan dari yg haram, pakaian yg ia kenakan dari yg haram. Maka, jaga betul-betul harta kita..
Yang jelas, jangan lepas ngaji. Pelihara hubungan dengan teman semanhaj, saling menasehati. Antum mau pindah kos deket kantor, ga ngaji lagi, hancur antum! Karena kebanyakan jam kita habiskan di kantor, otomatis kita lebih terwarnai kantor, kalau ga ngaji. Hancur. Lalu, cari istri akhwat salaf, jangan sembarangan.
Baca kisah-kisah orang sholih, para sahabat yang kita jauuuh sekali dengan mereka. Umar, menjadi khalifah (pejabat) hanya dua setengah tahun dan mati terbunuh. Siap ga kita seperti mereka?”
Saya sudah tidak peduli lagi, blog ini mau jadi blog apa..
Oya, bagi Bapak-papak Ibu-ibu yang mungkin membaca tulisan ini (tetep optimis kalau suatu saat blog ini ada yang baca selain saya sendiri) dan tersinggung, saya sama sekali bukan mau minta maaf. Terserah mau dibilang apa saya.
Catatan saya:
Yang paling saya notice dari nasihat tsb adalah bahwa hidup ini sebenarnya sangat sederhana sekali. Kita hanya perlu mengambil keputusan yang sesuai dengan hati nurani kita, sesuai dengan kebenaran yang datang dari Allah dan RosulNya. Lalu, kita terima akibat apa pun dari keputusan tersebut. Tanpa perlu khawatir. Tanpa perlu takut. Tanpa ragu-ragu. Masa iya, kita Allah menyia-nyiakan umatNya karena menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya? Pemberi Rizki nya siapa, Bos? Masa iya kita takut miskin, takut kelaparan sebentar sedang surga terbentang (insyaAllah) menanti di hadapan kita?
Yes. Life is so simple..
Menjadi diri sendiri adalah mengambil keputusan sesuai nurani kita dan menerma konsekuensi dari keputusan itu. Membuka topeng dan berjalan tegak..
Tapi, sekali lagi realita tak semudah teori, Jenderal.
Dan tahukah kamu? Ada fitnah (godaan) yang lebih dahsyat dari fitnah harta? padahal fitnah harta saja saya masih kurang yakin mampu menghadapinya..
Dan perjalanan ini masih akan berlanjut..
Comments
Post a Comment