Seorang janin di dalam rahim ibunya -mungkin- hanya membutuhkan satu: tali pusat yang menghubungkan dia dengan ibunya, yang mencukupi kebutuhan nutrisinya. Ketika hendak diberi tangan, kaki, dan organ tubuh lainnya, ia merasa tidak membutuhkannya, "Untuk apa? Saya tidak butuh, saya hanya butuh tali pusat.", begitu kira-kira pikirnya. Ia benar-benar menolak.
Saat terlahir ke dunia dan beranjak dewasa, ia pun sadar bahwa tangan dan kaki yang dahulu ditolaknya ternyata sangat berguna, penting, sangat dibutuhkan di kehidupannya yang sekarang: dunia. Dan tali pusat yang ketika di alam rahim sangat ia agung-agungkan itu justru menjadi yang pertama dibuang, tak lagi dibutuhkan. Kini, ia harus hidup tanpa tangan dan kaki. Ia pun menyesal sejadi-jadinya, "Anda waktu dapat diputar kembali..", sesalnya.
Layaknya janin itu, begitupulalah yang kira-kira terjadi pada orang-orang yang menolak syari'at Islam ini. Mereka mengira hanya butuh satu: harta; atau dua: harta dan wanita; atau tiga: harta, wanita, dan (ke)kuasa(an). Cukup! Mereka merasa tidak butuh shalat, puasa, zakat, atau pun naik haji. "Untuk apa? Shalat, puasa, zakat, naik haji tidak membuat saya kaya, tidak membuat saya bahagia. Saya tidak butuh! Saya hanya butuh uang!", begitu kira-kira yang ada di benak mereka.
Barulah mereka sadar setelah berada di kehidupan berikutnya: akhirat. Ternyata ibadah yang mereka tolak di dunia dahulu akan bermanfaat di akhirat, sedangkan harta, wanita, dan tahta yang mereka elu-elukan ketika di dunia tak berarti apa-apa di kehidupan selanjutnya ini --bahkan menjadi beban. Sama seperti janin yang menolak tangan dan kaki itu, kesadaran mereka terlambat! Yang tersisa tinggallah penyesalan. Bedanya, penyesalan kali ini --lebih parah dari penyesalan si janin--, penyesalan di akhirat mereka, adalah penyesalan yang tidak berujung: abadi, kekal.
"Dan (alangkah mengerikannya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata): "Ya Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin"'
"Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk (bagi)nya, akan tetapi telah tetaplah perkataan (ketetapan dari-Ku): "Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka Jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama. Maka rasakanlah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melupakan akan pertemuan dengan harimu ini (hari Kiamat); sesungguhnya Kami telah melupakan kamu (pula) dan rasakanlah siksa yang kekal, disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan"'
[Q.S. As Sajdah: 12-14]
*disadur dari salah satu ceramah Ramadhan.
Saat terlahir ke dunia dan beranjak dewasa, ia pun sadar bahwa tangan dan kaki yang dahulu ditolaknya ternyata sangat berguna, penting, sangat dibutuhkan di kehidupannya yang sekarang: dunia. Dan tali pusat yang ketika di alam rahim sangat ia agung-agungkan itu justru menjadi yang pertama dibuang, tak lagi dibutuhkan. Kini, ia harus hidup tanpa tangan dan kaki. Ia pun menyesal sejadi-jadinya, "Anda waktu dapat diputar kembali..", sesalnya.
Layaknya janin itu, begitupulalah yang kira-kira terjadi pada orang-orang yang menolak syari'at Islam ini. Mereka mengira hanya butuh satu: harta; atau dua: harta dan wanita; atau tiga: harta, wanita, dan (ke)kuasa(an). Cukup! Mereka merasa tidak butuh shalat, puasa, zakat, atau pun naik haji. "Untuk apa? Shalat, puasa, zakat, naik haji tidak membuat saya kaya, tidak membuat saya bahagia. Saya tidak butuh! Saya hanya butuh uang!", begitu kira-kira yang ada di benak mereka.
Barulah mereka sadar setelah berada di kehidupan berikutnya: akhirat. Ternyata ibadah yang mereka tolak di dunia dahulu akan bermanfaat di akhirat, sedangkan harta, wanita, dan tahta yang mereka elu-elukan ketika di dunia tak berarti apa-apa di kehidupan selanjutnya ini --bahkan menjadi beban. Sama seperti janin yang menolak tangan dan kaki itu, kesadaran mereka terlambat! Yang tersisa tinggallah penyesalan. Bedanya, penyesalan kali ini --lebih parah dari penyesalan si janin--, penyesalan di akhirat mereka, adalah penyesalan yang tidak berujung: abadi, kekal.
"Dan (alangkah mengerikannya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata): "Ya Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin"'
"Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk (bagi)nya, akan tetapi telah tetaplah perkataan (ketetapan dari-Ku): "Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka Jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama. Maka rasakanlah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melupakan akan pertemuan dengan harimu ini (hari Kiamat); sesungguhnya Kami telah melupakan kamu (pula) dan rasakanlah siksa yang kekal, disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan"'
[Q.S. As Sajdah: 12-14]
*disadur dari salah satu ceramah Ramadhan.
Comments
Post a Comment