Sabtu, 21
Januari 2012, pukul 15.15 - Mendung menggantung di langit Rawamangun. Padahal
sehari tadi lumayan terik matahari.
Padahal malam ini jadwal Tim Reviu Konsep LK Perwakilan Provinsi Papua
berangkat -kali keempat dan dua kali berturut-turut saya ditugaskan ke Papua,
situasi yang jujur saya kurang suka karena toh ada tiga belas kantor perwakilan
di wilayah pengawasan kami-; take off
pukul 21.10. Seharusnya kami telah berangkat tiga hari yang lalu, Rabu 18
Januari 2012, bersamaan dengan tim-tim lain. Namun, karena Ketua Tim kami jatuh
pingsan saat menjadi komandan kompi pada upacara peringatan HUT kantor kami *catat:
saya berhasil tidak ikut upacara* sehari sebelum keberangkatan, Selasa, 17
Januari 2012, terpaksalah keberangkatan kami ke Papua ditunda. Kata Dokter, Sang
Ketua Tim harus istirahat minimal tiga hari. Ternyata dia memang memiliki
sejarah hipertensi; turunan dari keluarga, katanya.
Sebenarnya
ada opsi bagi kami, dua anggota tim, saya –yang masih tergolong pegawai baru-
dan satu anggota tim lain yang akan pensiun pada Agustus tahun ini untuk
berangkat ke Papua lebih dahulu, tetapi saya tidak bersedia. Tiket pun di-reschedule; diundur sampai tiga hari.
Senin, 16
Januari 2012 - Saya baru tiba di Jakarta dari ‘memulangkan’ anak dan istri ke
Solo, kampung tercinta, dua hari sebelumnya. Begitulah sementara ‘strategi’ kami setiap kali saya
hendak bertugas ke luar negeri kota; istri dan anak terlebih dahulu ‘diamankan’
di kediaman mertua di desa. Dan momen-momen seperti ini selalu tidak mengenakkan
bagi kami; ketika seorang suami harus berpisah dari anak dan istri. Semoga
bukan karena kami kurang bersyukur, tetapi karena cinta kami tidak terukur.
Sabtu, 14
Januari 2012 – Hujan tak begitu deras mengantarkan kami -saya, istri, dan anak- berangkat ke Bandara
Soekarno Hatta. Namun, karena kontrakan kami agak jauh dari jalan besar, maka
kami harus berjalan dan berpayung untuk sampai ke tempat taksi. Dan dua hari
kemudian ketika saya hendak berangkat ke Bandara Adi Sumarmo di Solo untuk
terbang ke Jakarta, karena langit cerah, maka payung yang sudah agak rusak itu
pun tidak kembali menemani saya ke Jakarta.
Sabtu, 21
Januari 2012, pukul 16.01 – Hujan telah turun sebagian. Dan saya tentu tidak
tahu sebagian lagi jadi atau tidak Dia turunkan; dan di sini atau di tempat
lain. Yang saya tahu adalah bahwa saya tak punya payung sekarang untuk berjalan
ke tempat taksi. Sebenarnya, pagi tadi
saya telah pergi ke sebuah market hendak
mencari payung lipat kecil. Namun, karena yang tersedia di situ hanya dua:
payung besar yang biasa dipasang tukang bakso di gerobaknya dan payung lipat
kecil jelek yang saya kira sekali saja tertiup angin kencang bakal kehilangan
bentuknya, niat membeli saya pun urung. Sekarang, tinggal berharap saja semoga
hujan tidak tepat turun ketika saya hendak berangkat ke bandara nanti. Amin.
Comments
Post a Comment