Skip to main content

segelas air dan tiga butir kurma

Alhamdulillah, kami dipertemukan lagi dengan Ramadhan, bulan penuh berkah. Ramadhan selalu menghadirkan nuansa spesial, yang patut dinantikan, dan sangat pantas. Setiap tahun, Ramadhan kami lalui dengan situasi dan kondisi yang berbeda.

Tahun ini, alhamdulillah, saya bisa ber-ramadhan dengan istri dan putri tercinta, di Jakarta. Walaupun sempat ada 'isu tak sedap' bahwa saya akan ditugaskan ke luar Jawa bulan ini. Bahkan, 'ancaman' itu sudah sempat nampak di depan mata ketika surat tugas terbit. Alhamdulillah, akhirnya dibatalkan. Tahun lalu, karena usia Maryam baru tiga bulanan, kami terpisah saat bulan ramadhan; saya di Jakarta, anak dan istri di Solo. Dua tahun sebelumnya, sama seperti tahun ini, kami ber-ramadhan bersama di Jakarta, hanya saja Maryam belum 'hadir'. Ramadhan tiga tahun yang lalu, saya belum menikah, bahkan saya belum mengenal istri saya. Baru selepas Idul Adha pada tahun yang sama, kami memulai ta'aruf. Ramadhan waktu itu terasa sangat 'menyesakkan', saya harus menjalaninya di Manokwari bersama rekan-rekan kerja saya; satu ketua tim dan empat angota tim yang lain.

Ber-ramadhan bersama istri dan anak yang masih balita bagai memiliki dua sisi mata uang. Sisi pertama, tentu kita berbahagia bisa menjalani bulan ini bersama orang-orang terkasih. Sisi yang lain, kita harus pandai-pandai membagi waktu, sebagian untuk keluarga, sebagian lagi untuk beribadah; memaksimalkan Ramadhan.

Sore itu, alhamdulillah, kami bertiga berkumpul di ruang depan rumah kontrakan kami, menanti waktu berbuka puasa. Maryam memang tak kalah antusias ketika berbuka puasa. Bahkan ketika makan sahur pun, terkadang ia bangun. Adzan berkumandang, kami menyegerakan berbuka puasa,

“Orang-orang (umat Islam) senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” [Muttafaqun ‘alaih]

dengan segelas air dan tiga butir kurma,

”Apabila salah seorang di antara kalian berbuka, hendaklah berbuka dengan kurma, karena dia adalah berkah, apabila tidak mendapatkan kurma maka berbukalah dengan air karena dia adalah bersih.” [HR. at-Tirmidzi dan Abu Dawud rahimahumallah]


kurma buka puasa

kemudian berdoa.

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Dahulu apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berbuka puasa, beliau biasa berdoa dengan, “Dzahaba zh- zhama-u wabtallatil ‘uruuqu, wa tsabatal ajru insyaa Allah.”

Artinya: “Telah hilang rasa haus dahaga, dan urat-urat telah basah, dan pahala akan kita peroleh, insyaa Allah.” (HR. Abu Daud (II/306) [no.2357] dan yang lainnya. Lihat Shahihul Jami’ (IV/209) [no.4678])


Alhamdulillah, nikmat. Benarlah sabda Rasulullah Shalallahu 'Alayhi Wassalam,

“Orang yang berbuka puasa mempunyai dua kebahagiaan yang bisa ia rasakan; kebahagiaan ketika ia berbuka dan kebahagiaan ketika ia bertemu dengan Rabb-nya karena puasa yang dilakukannya.” [HR. Bukhari dan Muslim]

Alhamdulillah, nikmat yang pertama telah kami rasakan. Semoga nikmat kedua akan menyusul. Amiin.

Comments

Popular posts from this blog

adverse vs disclaimer

Opini auditor mana yang lebih baik, atau lebih tepatnya mana yang lebih buruk: adverse (tidak wajar) atau disclaimer (tidak menyatakan pendapat). Terkadang --atau bahkan selalu-- ada perbedaan pendapat dalam sebuah disiplin ilmu; tetapi tidak selalu didapatkan kata sepakat. Tidak berbeda juga dalam akuntansi dan audit, para 'ahli' berbeda pendapat tentang apakah opini adverse lebih 'baik' dari opini disclaimer atau sebaliknya. Sebelum 'menentukan' jawabannya, ada baiknya kita baca kembali penjelasan masing-masing opini. Pendapat Tidak Wajar/TW ( adverse opinion ) adalah opini yang menyatakan bahwa Laporan Keuangan (LK) tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan sesuai dengan standar akuntansi. Opini ini diberikan karena auditor meyakini, berdasar bukti-bukti yang dikumpulkannya, bahwa laporan keuangan mengandung banyak sekali kesalahan atau kekeliruan yang material. Artinya, laporan keuangan tidak menggambarkan kondisi keuangan secara

Cara Bikin Daftar Isi Otomatis di Ms Word

Capek dong, yah? Tiap kali atasan ngerevisi konsep laporan, kamu harus neliti lagi halaman demi halaman buat nyocokin nomor halaman ke daftar isi? Mending-mending kalau atasan kamu (yang ngrevisi) cuma satu, kalau ada lima belas?! Sebenernya kalau kamu pinter dikit , suruh aja junior kamu yang ngerjain bikin aja daftar isinya belakangan pas laporan udah final. Tapi karena kamu maunya pinter banyak , bikin aja daftar isi otomatis! Kayak gimana tuh, yuk kita bahas. Bagi yang belum tahu, semoga berguna. Bagi yang udah tahu, ngapain kamu masih di sini? Pergi sana! Aku tidak mau melihat mukamu lagi! Enyahlah!! #becanda, *sinetron banget ya* Sebelumnya, karena saya memakai Ms Office 2010, maka saya akan jelaskan berdasarkan versi tersebut. Apa? Kamu pakai Ms Office 2007? Ga masalah, mirip-mirip kok. Apa? Kamu masih pakai Ms Office 2003? Plis deh, itu udah sewindu lebih. Apa? Ms Office kamu bajakan? Itu urusan kamu! Apa? Ms Office kamu versi 2003 dan bajakan? Wuargh!! Apa? kamu belum

kaki kanan dan kaki kiri

Minggu pagi yang cerah, kaki kanan dan kaki kiri sedang bersepeda bersama waktu itu. Setelah keduanya hampir lelah mengayuh dan memutuskan untuk kembali pulang, mereka menyempatkan diri sekadar membeli makan pagi, alias sarapan dalam bahasa manusia. Mampirlah mereka membeli ketupat sayur di pinggir jalan, dibungkus, pakai telor. Masukkan ke keranjang sepeda di bagian depan; cukup satu bungkus yang akan mereka makan bersama; memang rukun sekali mereka berdua. Dari situ, kedua kaki itu benar-benar hendak pulang. Tapi tunggu dulu, mereka tiba-tiba ingat sesuatu. Persediaan uang di dompet tuannya menipis. Kebetulan – qodarullah, red - di seberang jalan sana ada ATM * Automatic Teller Machine , bukan Anjungan Tunai Mandiri. Mereka kayuh kembali sepedanya ke ATM yang masih satu komplek dengan Apotik Rini itu. Apotik –yang entah kenapa- paling laris dari beberapa apotik yang ber- jejer di sepanjang Jalan Balai Pustaka. Sampailah sepasang kaki itu di tempat tersebut. Ramai-ramai; rupanya se