Skip to main content

Dilema Tugas ke Daerah

Di unit kerja saya, para staf terbagi menjadi dua 'kubu', kubu suka tugas ke daerah dan kubu anti tugas ke daerah. Kubu suka tugas ke daerah terdiri dari 1) para bujangan yang belum punya 'beban hidup' dan memang punya hobi traveling, 2) staf-staf yang rajin dan/atau 3) staf yang suka dapat tambahan penghasilan. Ya, karena kami mendapatkan uang perjalanan dinas yang lumayan ketika bertugas ke daerah. Kubu yang satu, kebalikannya, anti ke daerah, adalah staf yang 1) sudah cukup punya banyak uang, misalnya karena suami sudah kaya raya dan mungkin mereka bekerja sekadar mengisi waktu luang saja, 2) ibu-ibu yang sangat mencintai keluarganya sampai susah jika harus berpisah barang sehari saja, dan/atau 3) bapak-bapak yang seperti ibi-ibu nomor dua.

Saya, tentu saja termasuk ke dalam kubu kedua poin tiga. *Hhe* Praktis, tahun 2012 yang lalu, saya 'hanya' empat kali ke daerah dengan total kurang lebih 29 hari. Empat belas hari bertugas ke Jayapura di awal tahun untuk Reviu Laporan Keuangan. Kemudian ke Aceh, Padang, dan Mataram masing-masing lima hari untuk Workshop Penilaian Mandiri Integritas.

Ini bisa dikatakan 'prestasi' luar biasa. Catatan saya itu telah mengalahkan catatan Mbak Indri yang terkenal paling anti tugas ke daerah, yang masuk ke dalam dua sub kubu sekaligus: dua poin satu dan dua poin dua. Ibu-ibu yang duduk persis di depan tempat duduk saya itu memang hanya bertugas dua kali ke daerah, tetapi jumlah harinya melebihi jumlah hari saya: 34 hari (kalau tidak salah), empat belas hari ke Makassar (Reviu LK)  dan dua puluh hari ke Pontianak (Reviu SPM).

Catatan saya tahun 2012 itu juga menjadi rekor pribadi tugas ke daerah paling sedikit dalam setahun, lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya bahkan dari tahun dimana saya masih bekerja sambil kuliah yang bisa dijadikan alasan untuk tidak bertugas ke daerah.

Satu hal yang menjadi akibat jarangnya saya tugas ke daerah tentu saja bahwa Kartu GFF (Garuda Frequent Flyer) saya masih saja berwarna biru. Karena untuk naik ke Sylver, minimal ada sepuluh penerbangan. Dan tahun 2012, saya hanya melakukan delapan kali penerbangan (empat kali pulang pergi). Kalah dari rekan kerja junior saya yang sudah Sylver sejak tahun-tahun kemarin. Paragraf ini memang kurang penting, sebenarnya.

Bagi saya, tugas ke daerah berbanding terbalik dengan berkumpul bersama anak dan istri karena setiap kali bertugas ke daerah saya harus memulangkan mereka ke Solo. Dan tentu saja butuh waktu tambahan untuk mengantar dan menjemput mereka kembali dari dan ke Jakarta. Dengan kata lain, tahun ini adalah tahun dimana saya paling banyak menghabiskan waktu bersama keluarga, alhamdulillah.

Tugas ke daerah memang senantiasa menjadi dilema bagi ibu-ibu dan orang-orang seperti saya ini. Sekarang pun, tinggal menghitung hari untuk mengantar pulang Maryam dan Ummi-nya ke Solo karena saya harus bertugas ke daerah sekitar 15 Januari. 'Menarik' untuk ditunggu, tahun ini berapa kali dan berapa hari saya harus bertugas ke daerah. Semoga bisa lebih 'baik'. Amin.

Garuda Indonesia

Comments

  1. wah masih lbh oke saia berarti...tugas daerah 2012 "cuma" max 14 hari :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. Weits, beda 'liga', Om. Saya di Premier League, kamu di Liga Primer Indonesia.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cara Bikin Daftar Isi Otomatis di Ms Word

Capek dong, yah? Tiap kali atasan ngerevisi konsep laporan, kamu harus neliti lagi halaman demi halaman buat nyocokin nomor halaman ke daftar isi? Mending-mending kalau atasan kamu (yang ngrevisi) cuma satu, kalau ada lima belas?! Sebenernya kalau kamu pinter dikit , suruh aja junior kamu yang ngerjain bikin aja daftar isinya belakangan pas laporan udah final. Tapi karena kamu maunya pinter banyak , bikin aja daftar isi otomatis! Kayak gimana tuh, yuk kita bahas. Bagi yang belum tahu, semoga berguna. Bagi yang udah tahu, ngapain kamu masih di sini? Pergi sana! Aku tidak mau melihat mukamu lagi! Enyahlah!! #becanda, *sinetron banget ya* Sebelumnya, karena saya memakai Ms Office 2010, maka saya akan jelaskan berdasarkan versi tersebut. Apa? Kamu pakai Ms Office 2007? Ga masalah, mirip-mirip kok. Apa? Kamu masih pakai Ms Office 2003? Plis deh, itu udah sewindu lebih. Apa? Ms Office kamu bajakan? Itu urusan kamu! Apa? Ms Office kamu versi 2003 dan bajakan? Wuargh!! Apa? kamu belum

kaki kanan dan kaki kiri

Minggu pagi yang cerah, kaki kanan dan kaki kiri sedang bersepeda bersama waktu itu. Setelah keduanya hampir lelah mengayuh dan memutuskan untuk kembali pulang, mereka menyempatkan diri sekadar membeli makan pagi, alias sarapan dalam bahasa manusia. Mampirlah mereka membeli ketupat sayur di pinggir jalan, dibungkus, pakai telor. Masukkan ke keranjang sepeda di bagian depan; cukup satu bungkus yang akan mereka makan bersama; memang rukun sekali mereka berdua. Dari situ, kedua kaki itu benar-benar hendak pulang. Tapi tunggu dulu, mereka tiba-tiba ingat sesuatu. Persediaan uang di dompet tuannya menipis. Kebetulan – qodarullah, red - di seberang jalan sana ada ATM * Automatic Teller Machine , bukan Anjungan Tunai Mandiri. Mereka kayuh kembali sepedanya ke ATM yang masih satu komplek dengan Apotik Rini itu. Apotik –yang entah kenapa- paling laris dari beberapa apotik yang ber- jejer di sepanjang Jalan Balai Pustaka. Sampailah sepasang kaki itu di tempat tersebut. Ramai-ramai; rupanya se

adverse vs disclaimer

Opini auditor mana yang lebih baik, atau lebih tepatnya mana yang lebih buruk: adverse (tidak wajar) atau disclaimer (tidak menyatakan pendapat). Terkadang --atau bahkan selalu-- ada perbedaan pendapat dalam sebuah disiplin ilmu; tetapi tidak selalu didapatkan kata sepakat. Tidak berbeda juga dalam akuntansi dan audit, para 'ahli' berbeda pendapat tentang apakah opini adverse lebih 'baik' dari opini disclaimer atau sebaliknya. Sebelum 'menentukan' jawabannya, ada baiknya kita baca kembali penjelasan masing-masing opini. Pendapat Tidak Wajar/TW ( adverse opinion ) adalah opini yang menyatakan bahwa Laporan Keuangan (LK) tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan sesuai dengan standar akuntansi. Opini ini diberikan karena auditor meyakini, berdasar bukti-bukti yang dikumpulkannya, bahwa laporan keuangan mengandung banyak sekali kesalahan atau kekeliruan yang material. Artinya, laporan keuangan tidak menggambarkan kondisi keuangan secara