Skip to main content

alzheimer

Senin kemarin, sore hari. Hari pertama saya berangkat ke kantor dari kontrakan baru. Sebelumnya, hal yang sama pernah terjadi saat saya masih tinggal di kos, belum lama. Keinginan sekadar merebahkan tubuh di kasur empuk setelah bekerja seharian harus tertunda beberapa jam, akibat sifat pelupa tingkat tinggi saya, kunci kontrakan tidak ada! Menangis lah.

Awalnya saya kira kunci itu terjatuh di jalan waktu saya memasukkannya ke tas sambil berjalan waktu berangkat tadi pagi. Setelah saya telusuri sepanjang jalan dari kontrakan sampai tempat menunggu bus jemputan kantor, sambil sesekali menanyai tetangga-tetangga yang belum begitu kenal -karena saya baru menginap dua malam di kontrakan- yang sedang berada di teras-teras depan rumah mereka dan hasilnya nihil, saya baru ingat bahwa saya sempat mengeluarkan rombongan kunci –tidak hanya kunci kontrakan, ada juga kunci kamar, kunci gembok pagar, dan kunci laci meja kantor- tersebut di kantor untuk membuka laci meja tempat saya menyimpan laptop pinjaman. Kunci itu masih tergantung di laci, SMS teman saya. Dan saya pun terpaksa harus merepotkan teman saya mengantarkan saya kembali ke kantor untuk mengambilnya atau saya tidur di kolong jembatan.

Akibat kejadian itu, anak pemilik kontrakan langsung tahu bahwa saya seorang pelupa. “Mas Erwin emang pelupa ya?” tanyanya. “Hhe, iya Mbak, agak pelupa”, jawab mulut saya yang sedikit berbeda dari jawaban hati saya, “Sangat pelupa, Mbak.” Sambungnya, “Nanti kalau sudah nikah, istrinya jangan sampai tertinggal, dulu saya pernah ketinggalan di Monas waktu jalanjalan sama suami saya.” Sedikit menghibur, ternyata masih ada yang lebih pikun dari saya.

Hal yang serupa belum lama terjadi, beberapa bulan yang lalu. Ketika itu, karena baru kembali dari kampung halaman, ada dua tas saya di kantor dan saya membawa pulang tas yang salah. Tas yang di dalamnya terdapat kunci kamar kos saya justru tertinggal di kantor. Dan saya harus tidur di kamar sebelah, kamar kos paling depan yang bising dan luar biasa panas tanpa kipas angin.

Itu belum seberapa. Waktu masih tinggal di Jurangmangu, tak terhitung berapa kali saya menghilangkan kunci kamar kos. Dan setiap kali saya melakukannya, Babe si pemilik kos dengan gagah berani menghancurkan gembok dengan peralatan seadanya. Dan terakhir kali kejadian seperti itu di sana, saya sendiri yang mendobrak pintunya dengan satu kaki, sedikit sakti, dan sedikit sakit. Tapi setelah itu, saya minta tolong Babe juga untuk membenarkan pintunya. Hhe. Dan ternyata, waktu itu si kunci sebenarnya tidak kemanamana, tetapi ada di kantong kecil tas saya.

Pernah juga saya mengira kunci gembok kamar tertinggal di dalam. Setelah pintu didobrak, ditemukanlah kunci itu tergeletak pasrah di lantai kamar kos teman saya. “Saya di sini, jangan dobrak dulu pintu kamarnya. Yah..” Mungkin kunci itu akan berteriak, meneriaki saya, kalau bisa.

Saya juga memiliki satu dari beberapa kegemaran aneh waktu masih kuliah di STAN. Ketika teman kos yang lain gemar memasak mie instan dengan teko listrik pemanas air (kami menyebutnya heater), saya justru gemar meledakkan heaterheater itu. Tercatat tiga atau empat kali saya melakukannya. Yang pertama, saya salah mencolokkan kabel heater kosong ketika hendak mencolokkan kabel kipas angin. Dor. Yang kedua, saya justru mencabut kabel kipas angin ketika hendak mencabut kabel heater yang sudah tidak lagi berisi air. Dor. Yang selanjutnya, saya lupa kejadiannya.

Itulah sebagian kecil kekonyolankekonyolan saya. Masih ada yang lain yang mungkin akan atau mungkin juga tidak akan saya ceritakan. Malu. Memang benar, tak ada gading yang tak retak. *ngeles.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cara Bikin Daftar Isi Otomatis di Ms Word

Capek dong, yah? Tiap kali atasan ngerevisi konsep laporan, kamu harus neliti lagi halaman demi halaman buat nyocokin nomor halaman ke daftar isi? Mending-mending kalau atasan kamu (yang ngrevisi) cuma satu, kalau ada lima belas?! Sebenernya kalau kamu pinter dikit , suruh aja junior kamu yang ngerjain bikin aja daftar isinya belakangan pas laporan udah final. Tapi karena kamu maunya pinter banyak , bikin aja daftar isi otomatis! Kayak gimana tuh, yuk kita bahas. Bagi yang belum tahu, semoga berguna. Bagi yang udah tahu, ngapain kamu masih di sini? Pergi sana! Aku tidak mau melihat mukamu lagi! Enyahlah!! #becanda, *sinetron banget ya* Sebelumnya, karena saya memakai Ms Office 2010, maka saya akan jelaskan berdasarkan versi tersebut. Apa? Kamu pakai Ms Office 2007? Ga masalah, mirip-mirip kok. Apa? Kamu masih pakai Ms Office 2003? Plis deh, itu udah sewindu lebih. Apa? Ms Office kamu bajakan? Itu urusan kamu! Apa? Ms Office kamu versi 2003 dan bajakan? Wuargh!! Apa? kamu belum

kaki kanan dan kaki kiri

Minggu pagi yang cerah, kaki kanan dan kaki kiri sedang bersepeda bersama waktu itu. Setelah keduanya hampir lelah mengayuh dan memutuskan untuk kembali pulang, mereka menyempatkan diri sekadar membeli makan pagi, alias sarapan dalam bahasa manusia. Mampirlah mereka membeli ketupat sayur di pinggir jalan, dibungkus, pakai telor. Masukkan ke keranjang sepeda di bagian depan; cukup satu bungkus yang akan mereka makan bersama; memang rukun sekali mereka berdua. Dari situ, kedua kaki itu benar-benar hendak pulang. Tapi tunggu dulu, mereka tiba-tiba ingat sesuatu. Persediaan uang di dompet tuannya menipis. Kebetulan – qodarullah, red - di seberang jalan sana ada ATM * Automatic Teller Machine , bukan Anjungan Tunai Mandiri. Mereka kayuh kembali sepedanya ke ATM yang masih satu komplek dengan Apotik Rini itu. Apotik –yang entah kenapa- paling laris dari beberapa apotik yang ber- jejer di sepanjang Jalan Balai Pustaka. Sampailah sepasang kaki itu di tempat tersebut. Ramai-ramai; rupanya se

adverse vs disclaimer

Opini auditor mana yang lebih baik, atau lebih tepatnya mana yang lebih buruk: adverse (tidak wajar) atau disclaimer (tidak menyatakan pendapat). Terkadang --atau bahkan selalu-- ada perbedaan pendapat dalam sebuah disiplin ilmu; tetapi tidak selalu didapatkan kata sepakat. Tidak berbeda juga dalam akuntansi dan audit, para 'ahli' berbeda pendapat tentang apakah opini adverse lebih 'baik' dari opini disclaimer atau sebaliknya. Sebelum 'menentukan' jawabannya, ada baiknya kita baca kembali penjelasan masing-masing opini. Pendapat Tidak Wajar/TW ( adverse opinion ) adalah opini yang menyatakan bahwa Laporan Keuangan (LK) tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan sesuai dengan standar akuntansi. Opini ini diberikan karena auditor meyakini, berdasar bukti-bukti yang dikumpulkannya, bahwa laporan keuangan mengandung banyak sekali kesalahan atau kekeliruan yang material. Artinya, laporan keuangan tidak menggambarkan kondisi keuangan secara