Skripsi, S.K.R.I.P.S.I., tujuh huruf itu kini senantiasa terngiangngiang di kepala mungil saya (mungil, kalau dibandingin kepala gajah, hhe). Padahal masih ada tiga mata kuliah lagi yang harus dibereskan sebelum semester depan benerbener harus bikin skripsi. Tapi ya dasarnya saya seorang visioner (halah..), selalu berpikir jauuuh ke depan, selalu (inginnya) sedia payung sebelum hujan, sedia perahu karet sebelum banjir. Maka, saya pun sedia (lebih tepatnya caricari) judul skripsi sebelum bikin skripsi, syukursyukur udah sedia pula simpulan dan sarannya.
Tapi apa boleh dikata, sampai sekarang, memahami apa sebenarnya makhluk bernama skripsi itu pun saya masih sulit. Metode penelitian, “mata kuilah pengantar menuju penyusunan skripsi”, walaupun sedikit membantu, namun tidak sepenuhnya memahamkan saya tentang hakikat skripsi itu sendiri.
*pending..
Istri saya belakangan ini sangat susah makan! Bukan. Bukan karena cacingan, tetapi karena lagi hamil muda. Hhe.. “Memang seperti itu.”, kata beberapa ibuibu berkalikali, mulai dari ibu kandung saya, ibu mertua, ibu ponakan, ibu kos (ibu kontrakan maksudnya), ibu tetangga, ibu bidan sampai ibu dokter spesialis kandungan yang dengan baik hati memberi kami diskon untuk print hasil USG. Toh katakata itu tak berarti apaapa, keadaannya –mungkin karena untuk pertama kalinya- sangat “mengkhawatirkan”, istri saya sangat amat susah sekali makan banget, “eneg, mual, muntah” adalah tiga kata favorit istri saya saat ini untuk menolak, sekalipun sesuap nasi.
Saya pun bingung..
*pending..
Penangkapan walikota termuda (baca: walikota Kota Tomohon, Sulawesi Utara) oleh KPK sebagai tersangka penggelapan dana bantuan sosial menyisakan sedikit masalah bagi saya. (Loh, apa hubungannya? Yang jelas saya masih sehat untuk tidak ikutikutan korup!) KPK juga menyebutkan selain kasus penggelapan, diduga ada unsur suap oleh sang walikota kepada auditor BPK RI Perwakilan Sulawesi Utara untuk memperoleh opini wajar atas audit terhadap Laporan Keuangan (LK) Kota Tomohon TA 2007. Celakanya, pas saya ditugaskan ke BPK RI Perwakilan Sulawesi Utara tempo hari, saya lah yang kebagian tugas mereviu intern Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) LK Kota Tomohon TA 2007. Dan celakanya lagi, saya “nggak nemu apaapa waktu itu”. (siapa suruh anak kemaren sore yang baru masuk BPK, belum pernah ngaudit, suruh ngreviu KKP -curcol dikit-)
Poof. Walhasil saya harus bukabuka Kertas Kerja Reviu (KKR) saya terhadap KKP LK Kota Tomohon. -untungnya KKR saya ‘sedikit’ rapi- untuk bahan bikin telaahan atas berita miring tersebut.
Sore itu pun, terpaksa saya naik 213, sang bus yang sering penuh sesak dan ugalugalan, karena ketinggalan bus jemputan ..
*pending..
Setidaknya seperti itulah gambaran kehidupan saya saat ini, Kuliah Kerja Nikah (KKN) ternyata bukan kehidupan yang mudah –meskipun bukian juga kehidupan yang tidak menyenangkan-, Saudara Saudara sebangsa dan setanah air. Di saat masalah dari tiga sudut kehidupan itu berkonspirasi untuk sedikit membuat otak ini berputar, rasarasanya bagaimanabagaimana begitu (baca: gimanagimana gitu). Menantang sekaligus membuat pusing bukan kepalang. Membuat pusing bukan kepalang tetapi menantang (anda benar! memang cuma dibalik dowang).
Jadi, dinikmati saja lah..
*) Buat temanteman yang ingin KKN (bukan Korup, dkk) juga, saya dukung! Hidup nikah muda! Salam KKN.
Comments
Post a Comment