Skip to main content

Opini Auditor dan Wanita

Ups, kalau Anda mengira tulisan ini tentang pelanggaran etika atau perbuatan immoral, saya sarankan hentikan saja membacanya sebelum saya mengecewakan Anda.

Sebenarnya latar belakang tulisan ini adalah karena saya malu, secara saya bekerja pada sebuah “KAP” terbesar se-Indonesia raya, dan secara tulisan saya di blog ini sudah agak banyak, tetapi saya belum sekalipun menulis tentang core business tempat saya bekerja, audit. Kali ini saya hanya menyimpan apa yang telinga saya dengar dari senior saya di kepala kemudian menuangkannya dalam sebuah tulisan. Semacam rangkuman dari apa yang saya dengar tentang empat macam opini auditor dari sudut pandang yang langka.

Sebagaimana disebutkan dalam Undang Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara -ceilee.., mogamoga bukan efek dari tugas bikin skripsi mini matkul metlit, jangan pada berhenti dulu bacanya ya, ini bukan tulisan ilmiah kok sebenernya-, salah satu audit yang dilakukan BPK RI adalah audit laporan keuangan yang mempunyai tujuan utama memberikan opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut.


Opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan (SAP), kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern (SPI).

Dijelaskan -meski belum begitu jelas- dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Pemeriksaan Keuangan, opini terhadap kewajaran atas laporan keuangan yang dapat diberikan adalah salah satu dari empat macam opini yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atau dalam bahasa kerennya unqualified opinion, Wajar Dengan Pengecualian (WDP) alias qualified opinion, Tidak Wajar (TW) alias adverse, dan Tidak Dapat Menyatakan Pendapat (TMP) alias disclaimer.

Sebenarnya, tulisan ini hanya akan memberikan gambaran mudah kepada Anda-anda pembaca yang budiman, tentang keempat opini auditor tersebut. Secara Pengelolaan Keuangan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara seharusnya tidak hanya diperiksa oleh BPK RI, tetapi seharusnya juga diawasi oleh seluruh rakyat Indonesia Raya agar budaya –atau lebih tepatnya hobi- korupsi oleh pejabat-pejabat kita sedikit demi sedikit dapat dikurangi. Jadi, akan sangat membantu bila pengetahuan akan opini auditor tentang kewajaran laporan keuangan –terutama laporan keuangan pemerintah- dipahami oleh masayarakat kita.

Opini Wajar Tanpa Pengecualian adalah opini yang menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi.

Opini Wajar Tanpa Pengecualian, teman saya membahasakannya sebagai wanita cantik. Mata belok. Hidung mancung. Gigi putih, kecilkecil, dan rapih. Kulit putih. Rambut panjang hitam dan berkilau. Tinggi langsing. Dan seterusnya. Laporan keuangan yang diberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian ibarat wanita cantik, sedangkan auditor layaknya lelaki yang menilai wanita tersebut adalah wanita cantik.

Opini Wajar Dengan Pengecualian adalah opini yang menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai Standar Akuntansi, kecuali dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Hal-hal yang dikecualikan dinyatakan dalam LHP yang memuat opini tersebut

Opini Wajar Dengan Pengecualian diibaratkan sebagai wanita cantik, tetapi memiliki sedikit kelemahan. Mata belok. Hidung mancung. Gigi putih, kecilkecil, dan rapih. Kulit putih. Rambut panjang hitam dan berkilau. Namun, sayangnya agak kurang tinggi misalnya. Laporan keuangan yang diberikan opini Wajar Dengan Pengecualian ibarat wanita cantik yang memiliki sedikit kekurangan tersebut. Jika dikaitkan dengan tingkat materialitas, maka kekurangan tersebut tidak melebihi tingkat materilalitas yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini, tubuh yang agak kurang tinggi tersebut sebenarnya tidak terlalu dipermasalahkan, namun tetap harus menjadi catatan. Seperti itu.

Opini Tidak Wajar adalah opini yang menyatakan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar posisi keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi.

Opini Tidak Wajar diibaratkan wanita yang tidak cantik sama sekali. Maaf, sepertinya tidak perlu disebutkan rinci ciricirinya. Dapat juga wanita yang memiliki kelebihan namun kekurangannya terlalu material untuk dapat disebut cantik diberikan opini Tidak Wajar. Jika dikaitkan dengan tingkat materialitas, maka kekurangan tersebut melebihi tingkat materilalitas yang telah ditetapkan sebelumnya. Terlalu banyak kekurangan.

Opini Tidak Dapat Menyatakan Pendapat adalah opini yang menyatakan bahwa laporan keuangan tidak dapat diyakini wajar atau tidak dalam semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi. Ketidakyakinan tersebut dapat disebabkan oleh pembatasan lingkup pemeriksaan dan/atau terdapat keraguan atas kelangsungan hidup entitas. Alasan yang menyebabkan menolak atau tidak dapat menyatakan pendapat harus diungkapkan dalam LHP yang memuat opini tersebut.

Opini Tidak Dapat Menyatakan Pendapat diibaratkan wanita yang tidak dapat terlihat secara jelas oleh laki-laki (auditor). Entah mungkin ketika wanita tersebut lewat, tidak sempat terlihat wajahnya. Atau jarak pandang yang terlalu jauh. Atau sebagian besar tubuhnya tertutup. Dan sebagainya. Dengan alasan-alasan seperti ini, akhirnya laki-laki tidak dapat menilai kecantikan wanita tersebut. Sedikit catatan untuk perbandingan opini ini, bahwa dalam bidang audit, opini ini cenderung mengarah kepada opini yang buruk/jelek. Sedangkan untuk pengibaratan kepada wanita, tidak seperti itu. Justru jika penyebab opini ini adalah karena wanita menutup aurat mereka, inilah yang bagus!

Satu lagi catatan untuk semua perbandingan-perbandingan di atas, bahwa pengibaratan ini bukan berarti saya mengajari pembaca sekalian –terutama laki-laki- untuk menebar pandangannya dalam rangka memberikan opini tentang kecantikan para wanita, tetapi hanya sekadar untuk memudahkan pemahaman tentang opini saja. Justru yang seharusnya, kita menundukkan pandangan. Dan, pelajaran berharga bagi para wanita adalah -karena Anda bukan laporan keuangan!- seharusnya Anda menutup aurat secara syar’i agar para lelaki tidak dengan seenaknya memberi opini tentang Anda.

Comments

  1. wokwokwokwo......aya2 wae..


    numpang iklan blog anyarku...ehehehe

    http://alianci-myadventure.blogspot.com/

    ReplyDelete
  2. sok atuh akang mah..
    blogmu udah nampang di halaman depan, boi..
    karena saya baik hati dan tidak sombong.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cara Bikin Daftar Isi Otomatis di Ms Word

Capek dong, yah? Tiap kali atasan ngerevisi konsep laporan, kamu harus neliti lagi halaman demi halaman buat nyocokin nomor halaman ke daftar isi? Mending-mending kalau atasan kamu (yang ngrevisi) cuma satu, kalau ada lima belas?! Sebenernya kalau kamu pinter dikit , suruh aja junior kamu yang ngerjain bikin aja daftar isinya belakangan pas laporan udah final. Tapi karena kamu maunya pinter banyak , bikin aja daftar isi otomatis! Kayak gimana tuh, yuk kita bahas. Bagi yang belum tahu, semoga berguna. Bagi yang udah tahu, ngapain kamu masih di sini? Pergi sana! Aku tidak mau melihat mukamu lagi! Enyahlah!! #becanda, *sinetron banget ya* Sebelumnya, karena saya memakai Ms Office 2010, maka saya akan jelaskan berdasarkan versi tersebut. Apa? Kamu pakai Ms Office 2007? Ga masalah, mirip-mirip kok. Apa? Kamu masih pakai Ms Office 2003? Plis deh, itu udah sewindu lebih. Apa? Ms Office kamu bajakan? Itu urusan kamu! Apa? Ms Office kamu versi 2003 dan bajakan? Wuargh!! Apa? kamu belum

kaki kanan dan kaki kiri

Minggu pagi yang cerah, kaki kanan dan kaki kiri sedang bersepeda bersama waktu itu. Setelah keduanya hampir lelah mengayuh dan memutuskan untuk kembali pulang, mereka menyempatkan diri sekadar membeli makan pagi, alias sarapan dalam bahasa manusia. Mampirlah mereka membeli ketupat sayur di pinggir jalan, dibungkus, pakai telor. Masukkan ke keranjang sepeda di bagian depan; cukup satu bungkus yang akan mereka makan bersama; memang rukun sekali mereka berdua. Dari situ, kedua kaki itu benar-benar hendak pulang. Tapi tunggu dulu, mereka tiba-tiba ingat sesuatu. Persediaan uang di dompet tuannya menipis. Kebetulan – qodarullah, red - di seberang jalan sana ada ATM * Automatic Teller Machine , bukan Anjungan Tunai Mandiri. Mereka kayuh kembali sepedanya ke ATM yang masih satu komplek dengan Apotik Rini itu. Apotik –yang entah kenapa- paling laris dari beberapa apotik yang ber- jejer di sepanjang Jalan Balai Pustaka. Sampailah sepasang kaki itu di tempat tersebut. Ramai-ramai; rupanya se

adverse vs disclaimer

Opini auditor mana yang lebih baik, atau lebih tepatnya mana yang lebih buruk: adverse (tidak wajar) atau disclaimer (tidak menyatakan pendapat). Terkadang --atau bahkan selalu-- ada perbedaan pendapat dalam sebuah disiplin ilmu; tetapi tidak selalu didapatkan kata sepakat. Tidak berbeda juga dalam akuntansi dan audit, para 'ahli' berbeda pendapat tentang apakah opini adverse lebih 'baik' dari opini disclaimer atau sebaliknya. Sebelum 'menentukan' jawabannya, ada baiknya kita baca kembali penjelasan masing-masing opini. Pendapat Tidak Wajar/TW ( adverse opinion ) adalah opini yang menyatakan bahwa Laporan Keuangan (LK) tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan sesuai dengan standar akuntansi. Opini ini diberikan karena auditor meyakini, berdasar bukti-bukti yang dikumpulkannya, bahwa laporan keuangan mengandung banyak sekali kesalahan atau kekeliruan yang material. Artinya, laporan keuangan tidak menggambarkan kondisi keuangan secara