Skip to main content

luruskan shaf

Setidaknya ada dua hal yang hampir selalu saya notice di kebanyakan masjid dari para jamaahnya; rapat dan lurusnya shaf (barisan sholat) dan sutrah (pembatas). Betapa kaum muslimin kurang perhatian kepada, minim pengetahuan, atau bahkan sama sekali mengabaikan/meremehkan -setidaknya- dua masalah seputar shalat di masjid ini.

rapat dan lurus
 
Rapat dan lurusnya shaf; saya kira -atau mungkin karena kebodohan dan keterbatasan pengetahuan saya- tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang hal ini, tentang pentingnya merapatkan dan meluruskan shaf. Tetapi, entah apa yang terjadi sampai kebanyakan kaum muslimin meremehkannya. Hampir di setiap masjid, ada saja shaf yang tidak rapat, tidak lurus, atau tidak rapat dan tidak lurus sekaligus.

Sepengetahuan saya, ada beberapa sebab shaf yang tidak rapat dan/atau tidak lurus ini. Pertama, karena sang imam yang mempunyai kewajiban -atau setidaknya memperingatkan- merapatkan dan meluruskan shaf jamaahnya, hanya menjadikannya formalitas atau bahkan sama sekali tidak melakukannya. Kedua, jamaah yang memang susah diatur dan masa bodoh dengan urusan ini. Padahal, anak SD pun akan sangat paham ketika sang imam mengatakan "rapat dan luruskan shaf". Sebuah kalimat sederhana yang sangat mudah dimengerti dan ironinya sangat mudah diabaikan pula. Ketiga, dasar dari sebab pertama dan kedua, karena sang imam ataupun para jamaah, belum memahami betapa pentingnya meluruskan dan merapatkan shaf.
“Benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian atau (kalau tidak), maka sungguh Allah akan memalingkan antar wajah-wajah kalian (menjadikan wajah-wajah kalian berselisih).” [HR. Al-Bukhariy no.717 dan Muslim 436]
Baca lebih lengkap  di sini dan di sini tentang shaf.

Sutrah; yang satu ini mungkin masih asing di telinga para jamaah di Indonesia. Secara logika, hal ini sama mudahnya dicerna dengan rapat dan lurusnya shaf. Bayangkan ketika Anda sholat, orang lalu lalang persis di depan Anda; bohong jika Anda berkata hal itu tidak mengganggu Anda. Maka, di sini diperlukan pembatas antara wilayah tempat sholat Anda dengan tempat berjalannya orang yang sekaligus menghalangi Anda dari pandangan yang mengganggu sholat Anda. Pembatas tersebut dalam istilah syar'i dinamakan sutrah.

Sutrah adalah sesuatu yang dijadikan sebagai penghalang, apa pun bentuk/jenisnya. Sutrah orang yang shalat adalah apa yang ditancapkan dan dipancangkan di hadapannya berupa tongkat atau yang lainnya ketika hendak mendirikan shalat atau sesuatu yang sudah tegak dengan sendirinya yang sudah ada di hadapannya, seperti dinding atau tiang, guna mencegah orang yang hendak berlalu-lalang di depannya saat ia sedang shalat. Sutrah harus ada di hadapan orang yang sedang shalat karena dengan shalatnya berarti ia sedang bermunajat kepada Allahl. Sehingga, bila ada sesuatu yang lewat di hadapannya akan memutus munajat tersebut serta mengganggu hubungan ia dengan Allah l dalam shalatnya. Oleh sebab itu, siapa yang sengaja lewat di depan orang shalat, ia telah melakukan dosa yang besar. [Al-Mausu’atul Fiqhiyah, 24/178, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, 2/939, Taudhihul Ahkam, 2/58]

Kebanyakan terjadi pada saat jama'ah melaksanakan sholat sunnah; orang-orang seenaknya mengambil tempat untuk sholat sunnah; bahkan tak jarang tepat di tengah-tengah masjid, tempat orang berlalu lalang. MasyaAlllah. Secara logika juga sulit diterima, 'maksud' mereka. Hal ini, menyebabkan -setidaknya- dua hal. Pertama, terganggunya sholat mereka karena orang yang berlalu lalang. Kedua, terganggunya orang -yang mengerti tentang ini- yang hendak sekadar lewat.

Secara umum -dalam pandangan saya-, sebab 'ditinggalkannya' syariat sutrah ini ada dua. Pertama, tidak tahunya mereka tentang syariat sutrah ini. Kedua, kurang dipakainya logika mereka. Karena sekalipun mereka belum mengetahui tentang sutrah, sudah sepatutnya mereka berpikir untuk mencari -atau mengkondisikan- tempat sholat yang representatif untuk kekhusyu'an sholat mereka, yang salah satunya menghindari pemandangan yang mengganggu di depannya.
"Janganlah kamu shalat kecuali menghadap sutrah (batas tempat sholat) dan jangan biarkan seorang pun lewat di depanmu, jika ia enggan maka perangilah karena bersamanya ada qarin (teman)." [HR. Muslim dalam As-Shahih no. 260, Ibnu Khuzaimah dalam As-Shahih 800, Al- Hakim dalam Al-Mustadrak 1/251 dan Baihaqi dalam As-Sunan Al- Kubra 2/268]

Baca lebih lengkap di sini dan di sini tentang sutrah.

Setidaknya dua itu dulu saja tentang -keadaan di- masjid kita. Semoga bermanfaat.

NB: Sholat berjama'ah di masjid bagi laki-laki: WAJIB!

Comments

  1. Assalamualaikum...nice info gan...
    Posisimu ki nandi win?? Rak tau ketemu.

    Btw, link blog ku yg dl diganti blog baru ini ya,,,,

    Salam
    Keluarga Harestya

    ReplyDelete
  2. win, carane nampilno:

    yuk.ngeblog piye??

    oya, cara bikin buku tamu gmn?/

    ReplyDelete
  3. @harestya: wa`alaykumussalaam. tinggal di rawamangun, mad. oke. btw, 'rumah lama' ditinggal begitu saja?
    @habibi: ketidakpintaran jangan dipamerpamerkan to, Bro. ;P klik aja gambarnya ntar kan ada petunjuknya.. buku tamu, bikin page baru..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

adverse vs disclaimer

Opini auditor mana yang lebih baik, atau lebih tepatnya mana yang lebih buruk: adverse (tidak wajar) atau disclaimer (tidak menyatakan pendapat). Terkadang --atau bahkan selalu-- ada perbedaan pendapat dalam sebuah disiplin ilmu; tetapi tidak selalu didapatkan kata sepakat. Tidak berbeda juga dalam akuntansi dan audit, para 'ahli' berbeda pendapat tentang apakah opini adverse lebih 'baik' dari opini disclaimer atau sebaliknya. Sebelum 'menentukan' jawabannya, ada baiknya kita baca kembali penjelasan masing-masing opini. Pendapat Tidak Wajar/TW ( adverse opinion ) adalah opini yang menyatakan bahwa Laporan Keuangan (LK) tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan sesuai dengan standar akuntansi. Opini ini diberikan karena auditor meyakini, berdasar bukti-bukti yang dikumpulkannya, bahwa laporan keuangan mengandung banyak sekali kesalahan atau kekeliruan yang material. Artinya, laporan keuangan tidak menggambarkan kondisi keuangan secara

Cara Bikin Daftar Isi Otomatis di Ms Word

Capek dong, yah? Tiap kali atasan ngerevisi konsep laporan, kamu harus neliti lagi halaman demi halaman buat nyocokin nomor halaman ke daftar isi? Mending-mending kalau atasan kamu (yang ngrevisi) cuma satu, kalau ada lima belas?! Sebenernya kalau kamu pinter dikit , suruh aja junior kamu yang ngerjain bikin aja daftar isinya belakangan pas laporan udah final. Tapi karena kamu maunya pinter banyak , bikin aja daftar isi otomatis! Kayak gimana tuh, yuk kita bahas. Bagi yang belum tahu, semoga berguna. Bagi yang udah tahu, ngapain kamu masih di sini? Pergi sana! Aku tidak mau melihat mukamu lagi! Enyahlah!! #becanda, *sinetron banget ya* Sebelumnya, karena saya memakai Ms Office 2010, maka saya akan jelaskan berdasarkan versi tersebut. Apa? Kamu pakai Ms Office 2007? Ga masalah, mirip-mirip kok. Apa? Kamu masih pakai Ms Office 2003? Plis deh, itu udah sewindu lebih. Apa? Ms Office kamu bajakan? Itu urusan kamu! Apa? Ms Office kamu versi 2003 dan bajakan? Wuargh!! Apa? kamu belum

kaki kanan dan kaki kiri

Minggu pagi yang cerah, kaki kanan dan kaki kiri sedang bersepeda bersama waktu itu. Setelah keduanya hampir lelah mengayuh dan memutuskan untuk kembali pulang, mereka menyempatkan diri sekadar membeli makan pagi, alias sarapan dalam bahasa manusia. Mampirlah mereka membeli ketupat sayur di pinggir jalan, dibungkus, pakai telor. Masukkan ke keranjang sepeda di bagian depan; cukup satu bungkus yang akan mereka makan bersama; memang rukun sekali mereka berdua. Dari situ, kedua kaki itu benar-benar hendak pulang. Tapi tunggu dulu, mereka tiba-tiba ingat sesuatu. Persediaan uang di dompet tuannya menipis. Kebetulan – qodarullah, red - di seberang jalan sana ada ATM * Automatic Teller Machine , bukan Anjungan Tunai Mandiri. Mereka kayuh kembali sepedanya ke ATM yang masih satu komplek dengan Apotik Rini itu. Apotik –yang entah kenapa- paling laris dari beberapa apotik yang ber- jejer di sepanjang Jalan Balai Pustaka. Sampailah sepasang kaki itu di tempat tersebut. Ramai-ramai; rupanya se