Normalnya, ada satu pejabat eselon III, tiga pejabat eselon IV, dan tiga belas orang staf di ruangan ini. Namun, hari-hari ini memang "tak normal". Sebagian besar pegawai Inspektorat sedang bertugas di kantor pusat --kira-kira 10 km dari kantor Perwakilan DKI Jakarta ini.
Yah,
sejak unit kerja kami "terusir" dari kantor pusat setahun yang lalu, keadaannya jadi
sering seperti ini. Sejak hari senin, si pejabat eselon III, satu pejabat
eselon IV, dan seorang staf menyusun pedoman pemeriksaan manajemen di
kantor pusat. Kenapa harus di kantor pusat? Karena sebagian tim penyusun pedoman tersebut multitasking-juga sedang melaksanakan tugas lainnya di kantor pusat. Selain itu, pejabat eselon I kami juga lebih sering ngantor di pusat --secara tidak ada eselon I lain yang ruang kerjanya tidak di kantor pusat.
Sebagian lain, dua pejabat eselon IV, dan enam orang staf sedang melaksanakan reviu kelembagaan --juga di kantor pusat. Kenapa di kantor pusat? Secara reviewee-nya di kantor pusat geetoo.
Tiga orang staf super senior bertugas "mengurus administrasi" di "kantor pusat". Kenapa di kantor pusat? Secara Biro Umum, Biro Keuangan, Biro SDM adanya juga di kantor pusat kalee.
Seorang staf agak tidak jelas kemana; sudah kebiasaannya tidak diketahui keberadaannya; mungkin sedang belajar "jurus menghilang".
Sisanya, saya dan seorang staf lagi sedang bertugas juga, merevisi petunjuk teknis reviu. Dan karena si ketua tim multitasking-juga sedang melaksanakan dua tugas lainnya sekaligus di kantor pusat, maka sebenarnya kami juga diminta ke sana. Satu orang menurut, sedangkan seorang lagi (saya, red) ngeyel ngantor di sini saja.
Rekan kerja saya senang-senang saja ngantor di pusat karena memang lebih dekat dari rumahnya. Saya, hari selasa dan rabu juga sudah mencoba ke kantor pusat. Tetapi karena jarak yang lumayan jauh dan saya naik motor, maka saya lebih pilih di sini, walaupun sendiri. Toh di kantor pusat, yang kami lakukan juga masih kerja mandiri --belum semacam diskusi kelompok begitu.
Hari selasa, pertama kali ke kantor pusat naik motor *sebelum dipindah ke kantor perwakilan, saya biasa naik nus jemputan ke kantor pusat-*, pak polisi "menyapa" (baca: menilang) saya karena ngeloyor masuk ke jalur terlarang untuk motor. Alhamdulillah, dengan tenang saya justru bertanya jalan menuju kantor saya kepada pak polisi sambil pringisan. Eh, dasar pak polisi baik hati, dia menunjukkan saya jalan yang benar tanpa menodong STNK motor dan SIM saya. Padahal, dokumen yang disebut terakhir tidak saya punyai. Hihihi...
Selain pengalaman unyu-unyu itu, badan saya jadi pegel-pegel harus menenteng laptop lumayan berat naik motor satu jam-an. Laptop yang bisasanya saya simpan di laci meja itu harus saya bawa pulang pergi karena di kantor pusat kami tidak lagi punya meja pribadi.
Oleh karena sebab-sebab tersebut di atas, akhirnya saya putuskan untuk tetap jaga ruangan di sini, walaupun sebagai penghuni terakhir.
penghuni terakhir |
hahaha, thats's so erwin...
ReplyDelete