Skip to main content

VBAC untuk Ibrahim (2): Memupuk Asa

SOLO-- Pada usia kehamilan memasuki pertengahan bulan ke enam, kurang dari sebulan menjelang Ramadhan 1434 H, karena saya hendak bertugas ke luar kota dan 'kami' ingin melahirkan anak kedua di kampung, saya mengantar istri, Maryam, dan tentu saja calon adiknya Maryam pulang ke Solo. Salah satu agenda pertama di Solo adalah periksa ke dokter Solo. Beliau adalah dr. Aniek, salah seorang Dokter Spesialis Kandungan di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah, Solo. Maklum, setelah kejadian periksa ke dokter Jakarta itu, istri saya tidak berkenan memeriksakan kandungannya lagi di Jakarta, walaupun ke dokter lain, walaupun ke sekadar bidan. Walhasil, hampir dua bulan penuh, istri saya tidak memeriksakan kandungannya.

Kepada dr. Aniek, kami mengonsultasikan vonis dokter Jakarta itu, lengkap dengan dokumen pendukung berupa print-out hasil USG yang sudah diberi catatan-keterangan si dokter Jakarta. Ternyata, dr. Aniek kurang sependapat dengan dokter Jakarta itu. Satu, beliau tidak menganggap bekas luka Caesar terdahulu tidak sembuh/menutup dengan sempurna. Dua, ketebalan bekas jahitan Caesar sebagai syarat VBAC itu baru diukur nanti di bulan ke sembilan. Tiga, dan ini poin yang dipegang erat-erat istri saya, asalkan bekas jahitan tersebut tidak terasa sakit sepanjang kehamilan, terutama menjelang persalinan, insyaAllah tidak masalah untuk persalinan normal, VBAC. Sumringah lah istri saya.

Namun, hal itu tidak menyurutkan niat istri saya untuk melahirkan di bidan! Saya, masih tetap menginginkan VBAC diusahakan di rumah sakit. Namun, saya hanya menyimpannya di hati. Selebihnya, saya menyerahkan keputusan terakhir kepada istri saya yang akan menjalaninya. Entah, mungkin saya memang kurang 'diktator', terlalu 'demokratis' sebagai seorang suami, tetapi hati kecil saya memang berkata istri saya tetap lebih berhak atas keputusan terakhir tentang persalinan ini, kecuali dalam keadaan darurat yang saya harus mengambil keputusan.

**

Bidan pun dicari. Bertemulah kami dengan Bidan Umroh, bidan di RB 'Aisyah, Ngruki, Sukoharjo. Bidan Umroh lah yang dulu menyunat Maryam. Beliau (juga RB 'Aisyah) telah berpengalaman menangani persalinan normal setelah kelahiran sebelumnya dilakukan dengan operasi Caesar, VBAC. Bahkan, RB 'Aisyah pernah berhasil menangani VBA2C, persalinan normal setelah dua kali operasi Caesar. Lain lagi cerita Bidan Ibis, juga bidan di RB 'Aisyah. Beliau berhasil melahirkan normal anaknya dalam kondisi kehamilan plasenta-previa, kondisi dimana plasenta menempel di area bawah rahim dan menyebabkan leher rahim terhalang.

**

Istri saya bergantian memeriksakan kandungannya ke Bidan Umroh di RB 'Aisyah dan ke dr. Aniek di RSUI PKU Muhammadiyah. Ke Bidan Umroh agar dapat dipantau oleh bidan yang akan menangani persalinannya nanti, karena berencana akan melahirkan di sana. Ke dr. Aniek untuk memantau kondisi janinnya dengan USG, juga untuk mendapatkan resep vitamin yang lebih baik.

Selain periksa rutin, istri saya juga mengikuti kelas senam hamil di rumah sakit yang lebih dekat, RS Dr. Oen, Solo Baru, sepekan sekali. Di samping itu, istri saya juga sangat-sangat rajin berjalan kaki, bertahap mulai dari 30 menit sehari sampai 60 menit sehari, bahkan 90 menit sehari menjelang persalinan.

Saya pun rajin pulang ke Solo, di sela-sela kesibukan di Jakarta, sekira sebulan sekali, sekadar mengantar periksa kandungan ke dokter atau ke bidan. Maryam pun sudah mulai mengerti akan punya 'saingan', adik. Pernah pada waktu diajak periksa ke Bidan Umroh, berkali-kali Maryam bertanya, "Adiknya udah lahir, Mi?"

**

Sementara itu, melalui USG di dr. Aniek, jenis kelamin bayi pun terprediksi laki-laki, insyaAllah. Sebenarnya, jenis kelamin laki-laki ini sudah diprediksi juga oleh dokter Jakarta. Namun, prediksi 'Caesar lagi'-nya pada waktu itu telah menjadikan prediksi 'laki-laki' seolah tak lagi berarti.

*bersambung..


VBAC untuk Ibrahim (3): Hari-Hari Penantian

Comments

Popular posts from this blog

Cara Bikin Daftar Isi Otomatis di Ms Word

Capek dong, yah? Tiap kali atasan ngerevisi konsep laporan, kamu harus neliti lagi halaman demi halaman buat nyocokin nomor halaman ke daftar isi? Mending-mending kalau atasan kamu (yang ngrevisi) cuma satu, kalau ada lima belas?! Sebenernya kalau kamu pinter dikit , suruh aja junior kamu yang ngerjain bikin aja daftar isinya belakangan pas laporan udah final. Tapi karena kamu maunya pinter banyak , bikin aja daftar isi otomatis! Kayak gimana tuh, yuk kita bahas. Bagi yang belum tahu, semoga berguna. Bagi yang udah tahu, ngapain kamu masih di sini? Pergi sana! Aku tidak mau melihat mukamu lagi! Enyahlah!! #becanda, *sinetron banget ya* Sebelumnya, karena saya memakai Ms Office 2010, maka saya akan jelaskan berdasarkan versi tersebut. Apa? Kamu pakai Ms Office 2007? Ga masalah, mirip-mirip kok. Apa? Kamu masih pakai Ms Office 2003? Plis deh, itu udah sewindu lebih. Apa? Ms Office kamu bajakan? Itu urusan kamu! Apa? Ms Office kamu versi 2003 dan bajakan? Wuargh!! Apa? kamu belum

kaki kanan dan kaki kiri

Minggu pagi yang cerah, kaki kanan dan kaki kiri sedang bersepeda bersama waktu itu. Setelah keduanya hampir lelah mengayuh dan memutuskan untuk kembali pulang, mereka menyempatkan diri sekadar membeli makan pagi, alias sarapan dalam bahasa manusia. Mampirlah mereka membeli ketupat sayur di pinggir jalan, dibungkus, pakai telor. Masukkan ke keranjang sepeda di bagian depan; cukup satu bungkus yang akan mereka makan bersama; memang rukun sekali mereka berdua. Dari situ, kedua kaki itu benar-benar hendak pulang. Tapi tunggu dulu, mereka tiba-tiba ingat sesuatu. Persediaan uang di dompet tuannya menipis. Kebetulan – qodarullah, red - di seberang jalan sana ada ATM * Automatic Teller Machine , bukan Anjungan Tunai Mandiri. Mereka kayuh kembali sepedanya ke ATM yang masih satu komplek dengan Apotik Rini itu. Apotik –yang entah kenapa- paling laris dari beberapa apotik yang ber- jejer di sepanjang Jalan Balai Pustaka. Sampailah sepasang kaki itu di tempat tersebut. Ramai-ramai; rupanya se

adverse vs disclaimer

Opini auditor mana yang lebih baik, atau lebih tepatnya mana yang lebih buruk: adverse (tidak wajar) atau disclaimer (tidak menyatakan pendapat). Terkadang --atau bahkan selalu-- ada perbedaan pendapat dalam sebuah disiplin ilmu; tetapi tidak selalu didapatkan kata sepakat. Tidak berbeda juga dalam akuntansi dan audit, para 'ahli' berbeda pendapat tentang apakah opini adverse lebih 'baik' dari opini disclaimer atau sebaliknya. Sebelum 'menentukan' jawabannya, ada baiknya kita baca kembali penjelasan masing-masing opini. Pendapat Tidak Wajar/TW ( adverse opinion ) adalah opini yang menyatakan bahwa Laporan Keuangan (LK) tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan sesuai dengan standar akuntansi. Opini ini diberikan karena auditor meyakini, berdasar bukti-bukti yang dikumpulkannya, bahwa laporan keuangan mengandung banyak sekali kesalahan atau kekeliruan yang material. Artinya, laporan keuangan tidak menggambarkan kondisi keuangan secara