Skip to main content

Allah kadang menakdirkan kelucuan

Apa jadinya dunia ini tanpa senyum dan tawa. Walaupun senyum dan tawa yang berlebihan atau tidak pada tempatnya juga tidak baik.

Percaya atau tidak, kadang saya merasa Allah “mengajak bercanda” melalui takdir-takdirnya yang lucu, aneh, unik, atau apa lah istilah yang lebih tepat saya tidak paham juga. Seperti tempo hari ketika saya mengunjungi sebuah minimarket. Setelah memilih beberapa makanan ringan dan minuman, saya beranjak ke kasir. Di situ saya baru melihat isi dompet saya yang ternyata hanya ada selembar uang sepuluh ribuan dan selembar lagi lima ribuan. “Semoga saja tidak sampai lima belas ribu perak”, bilang saya dalam hati. Tapi ternyata, “enam belas ribu dua ratus rupiah, Mas”, kata si Kasir. “Hehe. Maaf, Mbak, baru liat dompet. Uang saya tinggal lima belas ribu. Bisa di-cancel aja, yang ini, yogurtnya.”

Dan karena itu juga, rencana saya makan malam di sebuah warteg setelah itu pun pupus sudah. ATM agak jauh.


Sesampainya di rumah, atau lebih tepatnya di kos, ternyata saya dapati yogurt itu masih ada. Ajaib! Ternyata yang dicancel si Mbak Kasir cuma tagihan di struk nya saja, fisiknya tidak dicancel, Alhamdulillah. Hhe. Tidak. Saya orang yang jujur kok, insyaAllah. Tapi alih-alih jalan lagi ke minimarket untuk mengembalikan yogurt itu, mending saya makan dulu saja, lalu saya bayar besok. Jadi, terpaksa saya harus menjurnal Yogurt pada Hutang tak terduga di buku besar saya. Hha.. Dan saya pun tersenyum-senyum sendiri.

Karena saya masih berniat makan nasi, dan kebetulan (baca: takdir) ada tukang nasi goreng lewat, saya pesan saja satu, telornya dipisah. Saya memang pelupa, tapi tidak untuk kali ini. Alhamdulillah, saya masih punya selembar uang lima puluh ribuan di luar dompet. Tapi, ternyata Bapak penjual nasi goreng tidak punya uang kembalian. Kali ini, Nasi Goreng pada Hutang tak terduga jurnalnya. Terpaksa lah kembali saya berhutang. Puff. Padahal saya paling tidak suka dengan yang namanya hutang. Dan malam ini, saya harus tidur dengan hutang Yogurt dan Nasi Goreng. Dan saya pun kembali tersenyum simpul. Manis. *Huek.. (muntahlah jika ingin muntah).

Mungkin tidak terlalu lucu, aneh, unik atau apa lah istilah yang lebih tepat saya tidak paham juga, bagi Anda. Tapi bagi saya yang mengalaminya sendiri terkesan lucu, aneh, unik atau apa lah istilah yang lebih tepat saya tidak paham juga. Atau mungkin saya saja yang terlalu memperhatikan hal-hal sederhana. Ah, tidak juga. Saya rasa Anda juga pernah merasa demikian. Dan sebenarnya sering saya mengalami hal-hal yang juauuuh lebih lucu, aneh, unik atau apa lah istilah yang lebih tepat saya tidak paham juga, dari ini. Dan hal-hal seperti itu sebenarnya membuat hidup ini lebih berwarna. Alhamdulillah. Mungkin saya akan ceritakan lain kali. insyaAllah.

Comments

Popular posts from this blog

adverse vs disclaimer

Opini auditor mana yang lebih baik, atau lebih tepatnya mana yang lebih buruk: adverse (tidak wajar) atau disclaimer (tidak menyatakan pendapat). Terkadang --atau bahkan selalu-- ada perbedaan pendapat dalam sebuah disiplin ilmu; tetapi tidak selalu didapatkan kata sepakat. Tidak berbeda juga dalam akuntansi dan audit, para 'ahli' berbeda pendapat tentang apakah opini adverse lebih 'baik' dari opini disclaimer atau sebaliknya. Sebelum 'menentukan' jawabannya, ada baiknya kita baca kembali penjelasan masing-masing opini. Pendapat Tidak Wajar/TW ( adverse opinion ) adalah opini yang menyatakan bahwa Laporan Keuangan (LK) tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan sesuai dengan standar akuntansi. Opini ini diberikan karena auditor meyakini, berdasar bukti-bukti yang dikumpulkannya, bahwa laporan keuangan mengandung banyak sekali kesalahan atau kekeliruan yang material. Artinya, laporan keuangan tidak menggambarkan kondisi keuangan secara

kaki kanan dan kaki kiri

Minggu pagi yang cerah, kaki kanan dan kaki kiri sedang bersepeda bersama waktu itu. Setelah keduanya hampir lelah mengayuh dan memutuskan untuk kembali pulang, mereka menyempatkan diri sekadar membeli makan pagi, alias sarapan dalam bahasa manusia. Mampirlah mereka membeli ketupat sayur di pinggir jalan, dibungkus, pakai telor. Masukkan ke keranjang sepeda di bagian depan; cukup satu bungkus yang akan mereka makan bersama; memang rukun sekali mereka berdua. Dari situ, kedua kaki itu benar-benar hendak pulang. Tapi tunggu dulu, mereka tiba-tiba ingat sesuatu. Persediaan uang di dompet tuannya menipis. Kebetulan – qodarullah, red - di seberang jalan sana ada ATM * Automatic Teller Machine , bukan Anjungan Tunai Mandiri. Mereka kayuh kembali sepedanya ke ATM yang masih satu komplek dengan Apotik Rini itu. Apotik –yang entah kenapa- paling laris dari beberapa apotik yang ber- jejer di sepanjang Jalan Balai Pustaka. Sampailah sepasang kaki itu di tempat tersebut. Ramai-ramai; rupanya se

Cara Bikin Daftar Isi Otomatis di Ms Word

Capek dong, yah? Tiap kali atasan ngerevisi konsep laporan, kamu harus neliti lagi halaman demi halaman buat nyocokin nomor halaman ke daftar isi? Mending-mending kalau atasan kamu (yang ngrevisi) cuma satu, kalau ada lima belas?! Sebenernya kalau kamu pinter dikit , suruh aja junior kamu yang ngerjain bikin aja daftar isinya belakangan pas laporan udah final. Tapi karena kamu maunya pinter banyak , bikin aja daftar isi otomatis! Kayak gimana tuh, yuk kita bahas. Bagi yang belum tahu, semoga berguna. Bagi yang udah tahu, ngapain kamu masih di sini? Pergi sana! Aku tidak mau melihat mukamu lagi! Enyahlah!! #becanda, *sinetron banget ya* Sebelumnya, karena saya memakai Ms Office 2010, maka saya akan jelaskan berdasarkan versi tersebut. Apa? Kamu pakai Ms Office 2007? Ga masalah, mirip-mirip kok. Apa? Kamu masih pakai Ms Office 2003? Plis deh, itu udah sewindu lebih. Apa? Ms Office kamu bajakan? Itu urusan kamu! Apa? Ms Office kamu versi 2003 dan bajakan? Wuargh!! Apa? kamu belum