Skip to main content

memaksa diri..

Jika seseorang saya menjadi dua, maka yang satu ibarat ibu yang sangat menyayangi dan lebih tahu tentang kebaikan anaknya sedangkan yang lain ibarat anak kecil yang serba ingin tahu dan banyak mau.

Ibu yang baik tentu tak akan membiarkan anaknya melakukan apa saja. Si anak belum banyak tahu yang baik dan yang buruk, bahkan yang berbahaya bagi dirinya. Menjadi tugas si ibu untuk mendidik, mengajari, dan senantiasa mengawasi anaknya. Lengah sedikit saja, bisa-bisa fatal akibatnya.

Terkadang si anak menerima apa adanya, menelan bulat-bulat perintah si ibu. Cukup dengan kata-kata yang lembut, si anak menurut. Namun, terkadang ia bersikeras menginginkan sesuatu –yang tidak baik untuknya, tanpa tahu akibatnya atau ia tidak menginginkan sesuatu yang sangat penting untuk dirinya. Ibu tentu harus memperingatkannya lebih keras, bahkan jika perlu mencegah dan memaksa si anak dengan tangannya. Semua itu, tentu berlatar belakang kasih sayang si ibu dan demi kebaikan si anak sendiri.

Kurang lebih, si anak baru pada taraf berfikir tentang keinginan dan kesenangan dirinya sedangkan si ibu berfikir tentang kebutuhan dan kebaikan anaknya.

Demikian pula diri kita, atau setidaknya diri saya –karena saya tidak tahu banyak tentang Anda. Seolah ada dua sisi mata uang dalam diri ini; tidak dapat dipisahkan dan saling berlawanan. Yang satu hendak ke sana, yang satu ingin kemari.

Sama seperti si ibu, satu sisi –yang baik tentu saja, terkadang harus memaksa sisi yang lain untuk mau tidak mau ikut dengannya, demi kebaikan bersama. Dan hati kecil kita, tahu persis siapa sisi yang baik dan siapa yang buruk sebagaimana orang-orang membedakan mana si ibu dan mana si anak kecil. Dan sisi baik mampu untuk memaksa sisi yang lain sebagaimana si ibu sangat mampu memaksa anak balitanya.

Hanya terkadang sering kita lalai, kita membiarkan sisi buruk melakukan apa saja. Selama ini kita, sebagian kita, sebagian dari diri ini, belum bisa menjadi seorang ibu yang baik.

Saatnya memaksa diri.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Bikin Daftar Isi Otomatis di Ms Word

Capek dong, yah? Tiap kali atasan ngerevisi konsep laporan, kamu harus neliti lagi halaman demi halaman buat nyocokin nomor halaman ke daftar isi? Mending-mending kalau atasan kamu (yang ngrevisi) cuma satu, kalau ada lima belas?! Sebenernya kalau kamu pinter dikit , suruh aja junior kamu yang ngerjain bikin aja daftar isinya belakangan pas laporan udah final. Tapi karena kamu maunya pinter banyak , bikin aja daftar isi otomatis! Kayak gimana tuh, yuk kita bahas. Bagi yang belum tahu, semoga berguna. Bagi yang udah tahu, ngapain kamu masih di sini? Pergi sana! Aku tidak mau melihat mukamu lagi! Enyahlah!! #becanda, *sinetron banget ya* Sebelumnya, karena saya memakai Ms Office 2010, maka saya akan jelaskan berdasarkan versi tersebut. Apa? Kamu pakai Ms Office 2007? Ga masalah, mirip-mirip kok. Apa? Kamu masih pakai Ms Office 2003? Plis deh, itu udah sewindu lebih. Apa? Ms Office kamu bajakan? Itu urusan kamu! Apa? Ms Office kamu versi 2003 dan bajakan? Wuargh!! Apa? kamu belum

kaki kanan dan kaki kiri

Minggu pagi yang cerah, kaki kanan dan kaki kiri sedang bersepeda bersama waktu itu. Setelah keduanya hampir lelah mengayuh dan memutuskan untuk kembali pulang, mereka menyempatkan diri sekadar membeli makan pagi, alias sarapan dalam bahasa manusia. Mampirlah mereka membeli ketupat sayur di pinggir jalan, dibungkus, pakai telor. Masukkan ke keranjang sepeda di bagian depan; cukup satu bungkus yang akan mereka makan bersama; memang rukun sekali mereka berdua. Dari situ, kedua kaki itu benar-benar hendak pulang. Tapi tunggu dulu, mereka tiba-tiba ingat sesuatu. Persediaan uang di dompet tuannya menipis. Kebetulan – qodarullah, red - di seberang jalan sana ada ATM * Automatic Teller Machine , bukan Anjungan Tunai Mandiri. Mereka kayuh kembali sepedanya ke ATM yang masih satu komplek dengan Apotik Rini itu. Apotik –yang entah kenapa- paling laris dari beberapa apotik yang ber- jejer di sepanjang Jalan Balai Pustaka. Sampailah sepasang kaki itu di tempat tersebut. Ramai-ramai; rupanya se

adverse vs disclaimer

Opini auditor mana yang lebih baik, atau lebih tepatnya mana yang lebih buruk: adverse (tidak wajar) atau disclaimer (tidak menyatakan pendapat). Terkadang --atau bahkan selalu-- ada perbedaan pendapat dalam sebuah disiplin ilmu; tetapi tidak selalu didapatkan kata sepakat. Tidak berbeda juga dalam akuntansi dan audit, para 'ahli' berbeda pendapat tentang apakah opini adverse lebih 'baik' dari opini disclaimer atau sebaliknya. Sebelum 'menentukan' jawabannya, ada baiknya kita baca kembali penjelasan masing-masing opini. Pendapat Tidak Wajar/TW ( adverse opinion ) adalah opini yang menyatakan bahwa Laporan Keuangan (LK) tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan sesuai dengan standar akuntansi. Opini ini diberikan karena auditor meyakini, berdasar bukti-bukti yang dikumpulkannya, bahwa laporan keuangan mengandung banyak sekali kesalahan atau kekeliruan yang material. Artinya, laporan keuangan tidak menggambarkan kondisi keuangan secara