Sabtu minggu -bersama istri- selalu terasa menyenangkan. *Hhe.
Laiknya anak SD -walaupun terbawa sampai SMP, SMA, bahkan ketika kuliah- yang selalu menantikan hari libur, kami -saya dan istri saya- pun demikian. Bedanya, kalau dulu waktu sekolah, hanya ada satu hari libur dalam satu pekan, sekarang ada dua hari, sabtu dan minggu.
Wajar sebenarnya kalau kami sangat merindukan hari sabtu dan minggu. Senin sampai jumat, mulai sekitar pukul 06.00 kami sudah harus berpisah, saya sudah harus menuju tempat bus jemputan lewat, berangkat ke kantor. Pulang dari kantor, sekitar pukul 18.00 baru sampai rumah. Jika waktu tidur adalah dari pukul 22.00 s.d. pukul 04.00, maka waktu bersama kami hanya 6 jam dari 24 jam sehari dalam 5 hari dari 7 hari. itupun belum terpotong waktu untuk sholat, mandi, dsb, belum pula jika saya ada jadwal kuliah malam; tiap selasa dan jumat.
Sabtu dan minggu, waktu yang tepat untuk sejenak melupakan pekerjaan di kantor ataupun pelajaran di kampus; waktu yang tepat untuk menghabiskan hari bersama orang-orang yang kita cintai; keluarga, tentu saja. Dan saya pun selalu berusaha memanfaatkan dua hari itu secara optimal. Banyak hal yang bisa kami lakukan di hari sabtu dan minggu, mulai dari sekadar jalan-jalan keliling komplek sampai pergi membeli madu.
Sabtu dan minggu, waktu yang tepat untuk sejenak melupakan pekerjaan di kantor ataupun pelajaran di kampus; waktu yang tepat untuk menghabiskan hari bersama orang-orang yang kita cintai; keluarga, tentu saja. Dan saya pun selalu berusaha memanfaatkan dua hari itu secara optimal. Banyak hal yang bisa kami lakukan di hari sabtu dan minggu, mulai dari sekadar jalan-jalan keliling komplek sampai pergi membeli madu.
Tip Top. Belaja di Tip Top, Rawamangun, hampir menjadi rutinitas kami tiap akhir pekan. Tip Top, sebuah toko atau pasar swalayan yang cukup besar, berada tak jauh dari rumah -atau kontrakan- kami. Entah mengapa, hampir-hampir toko itu tak pernah sepi dari pengunjung; mungkin karena lumayan lengkap ditambah harga-harga barangnya yang sangat bersaing. Kami ke sana sekadar membeli kebutuhan sehari-hari, semacam susu ibu hamil *hhe*, dan sebagainya. Karena letaknya tak begitu jauh dari rumah, kami mencukupkan diri dengan berjalan kaki ke sana, sekalian berolahraga plus mendukung gerakan go green, mengurangi global warming. *sok memang.
Pasar Rawamangun. Jika Tip Top adalah pasar modern, maka pasar tradisional yang juga lumayan dekat dengan rumah kami adalah pasar Rawamangun. Letak Pasar Rawamangun tepat di depan Terminal Rawamangun -atau agak serong ke kiri sedikit. Pasar ini juga lumayan lengkap; mulai dari pakaian, sayuran, buah-buahan, sampai perabot rumah tangga tersedia di sana. Perbedaannya dengan Tip Top, tentu saja, di sana pembeli dan penjual lebih beriteraksi dengan tawar menawar mencari harga solusi; sayangnya istri saya apalagi saya tidak atau kurang pandai dalam hal tawar menawar. Dulu, sebelum istri saya hamil, kami juga berjalan kaki ke sana, tetapi setelah istri saya hamil, kami naik angkot ke sana. Kunjungan kami bisa dihitung dengan jari, baru dua atau tiga kali.
Arion Mall. Jadi ingat ketika di Jurangmangu dulu, waktu kuliah. Jika Tip Top diibaratkan Harmony Swalayan, maka Arion Mall mirip-mirip juga dengan Bintaro Plaza. Letak dari kos-kosan pun demikian, Harmony cukup dekat, Bintaro Plaza agak jauh sedikit. Arion Mall terletak agak jauh, sedikit di utara Pasar Rawamangun. Labih modern dari Tip Top. Di sana ada Matahari, Pojok Busana, Batta, Yongki Komaladi, Gunung Agung, Super Indo, KFC, Hoka-hoka Bento, dan banyak lagi stand lainnya. Kami juga hanya beberapa kali ke sana. Sekadar cuci mata; paling-paling kami hanya melihat-lihat sepatu, baju, dsb atau membelinya bila selera dan harganya sesuai atau membeli makan di Hoka-hoka Bento. Empat lantai mall juga mengharuskan istri saya untuk lebih berani naik elevator. Kami ke sana, biasanya: naik bajaj.
Gramedia. Gramedia terbesar di kota ini, terletak di Matraman, lebih jauh lagi dari tempat-tempat yang telah disebutkan sebelumnya. Kami baru sekali malahan ke sana. Buku selalu menarik bagi kami. Dan Gramedia tidak diragukan adalah surga buku. Kami membeli buku tentang kehamilan dan masakan di sana, sekalian melihat barang-barang bagus dan terkadang -asing. Kami ke sana naik Metromini, sang raja jalanan.
Toko Buku Ahlussunnah. Jika Gramedia adalah surga buku dunia, maka Toko Buku Ahlussunnah adalah surga buku akhirat a.k.a buku agama. Diskon 40% untuk hampir semua buku dan barang-barang di sana selalu menarik, bagi pembeli eceran seperti kami maupun pembeli grosiran untuk dijual kembali. Selain buku, di sana dijual pula madu, kurma, minyak zaitun, habbatussauda', dan thibunnabawwi lainnya, serta busana muslim/muslimah dengan diskon yang rata-rata serupa. Terletak di Pasar Senen, kami ke sana, untuk berbelanja buku atau madu, naik Trans Jakarta.
Monas, Ragunan, dan tempat wisata lainnya. Ada juga tempat yang ingin -tapi belum sempat- kami kunjungi. Mungkin karena kunjungan ke tempat-tempat tersebut memerlukan banyak tenaga untuk -setidaknya- berjalan kaki. Sedangkan istri saya lumayan lemah fisiknya, berjalan kaki sedikit saja, kecapekan. Belum lagi ditambah dengan kehamilannya saat ini, lebih tidak mungkin lagi ke tempat-tempat itu sekarang. Mungkin lain waktu, mungkin bersama anak, biidznillah.
Selain bepergian, tak jarang juga kami berjalan-jalan pagi keliling komplek untuk sekadar menghirup udara segar atau membeli nasi uduk untuk sarapan. Selebihnya, kami banyak menghabiskan waktu di dalam rumah, bercengkrama, mencoba-coba membuat jus buah, membaca buku, dan/atau mendengarkan Radio Rodja.
Sabtu minggu -bersama istri- memang selalu terasa menyenangkan, dan tentu saja dinantikan. *Hhe.
Comments
Post a Comment